Menemani anak secara fisik di rumah merupakan suatu keistimewaan. Sebagai seorang ayah yang berada di luar rumah lebih dari 12 jam, momen menemani anak di rumah perlu untuk dinikmati prosesnya. Konteks menemani di sini sebenarnya tidak harus berupa interaksi. Bisa berada di rumah sebelum mereka tidur sebenarnya bagi saya sudah keistimewaan tersendiri karena dapat memandang mereka satu per satu. Itulah, setelah keluar rumah sekitar pukul 06.15 WIB dan sampai rumah kembali kira-kira pukul 20.30, sebisa mungkin waktu sesempit itu dimaksimalkan dengan baik.
Saat tiba di rumah sekitar pukul 2.30 pada hari kerja, biasa pada jam itu waktu anak-anak belajar. Mereka terkadang belajar sendiri atau belajar dengan ibunya. Jika memang ada pertanyaan yang sesuai dengan bidang saya, saya sempatkan untuk ikut menjawab. Jika tidak ada pertanyaan, saya tengok mereka satu per satu di posisi belajarnya masing-masing sambil bertanya tentang kegiatan mereka hari ini atau sekadar pertanyaan ringan lainnya. Waktu belajar biasa sampai jam 9 malam. Setelah itu, mereka diberi kelonggaran untuk memegang HP sebentar dan bersiap tidur menjelang pukul 10 malam.
Momen menjelang tidur kembali bisa dimanfaatkan dengan baik untuk berinteraksi. Obrolan tentang kegiatan sekolah atau hal-hal lainnya yang sifatnya personal antara orang tua dan anak-anak dapat dimanfaatkan pada waktu-waktu ini. Tidak hanya obrolan, bahkan sekadar bermain-main pun juga bisa disempatkan di waktu ini. Kebetulan ada salah seorang anak kami yang masih berusia TK. Dengan si bungsu ini, interaksinya lebih banyak dengan bermain. Untuk konteks dengan si bungsu inilah, kepulangan saya ke rumah tetap harus dalam kondisi fisik prima karena biasa si bungsu ini minta main kuda-kudaan, gendong belakang, bahkan petak umpet. Pada beberapa waktu, kadang si bungsu ini ngajak main bulutangkis di depan rumah karena memang ia suka sekali bulutangkis dan lebih suka bermain dengan saya.
Sebagai guru sekolah, ada beberapa pekerjaan yang tidak dapat saya selesaikan pada jam kerja. Setelah pulang sekolah, saya harus mengajar kembali di bimbingan belajar sehingga waktu yang tepat untuk mengerjakan kembali pekerjaan yang tertunda adalah saat berada di rumah. Tentu saya menahan diri untuk tidak membuka laptop atau mengerjakan pekerjaan sekolah saat keluarga masih belum tidur. Sesuai dengan anjuran-anjuran yang saya ketahui, usahakan tidur terlebih dahul maksimal jam 11.00 malam dan bangun sekitar dini hari sekitar pukul 3 dini hari untuk melanjutkan aktivitas. Rasanya memang beda ketika saya bablas kerja sampai jam 1 dini hari kemudian tidur. Kondisi badan lemas untuk beraktivitas hari berbeda dengan tidur terlebih dahulu dan bangun pada dini hari.
Akhir Pekan
Hari Sabtu dan Minggu tentu hari spesial bagi saya untuk selama mungkin bersama dengan keluarga. Kadang masih ada kegiatan mengajar bimbel pada Sabtu. Biasanya saya batasi hanya sampai jam 12 siang dan itu pun tidak setiap Sabtu. Artinya, sebisa mungkin Sabtu dan Minggu adalah hari spesial untuk keluarga karena selama 5 hari praktis saya lebih banyak di luar rumah. Di sinilah, saya bisa mengeksplorasi kegiatan dengan keluarga, terutama anak-anak. Itu pun jika mereka tidak ada kegiatan tambahan di sekolah atau janjian main dengan teman-temannya.
Kami sebagai orang tua senang jika anak-anak sudah punya komunitas atau circle tersendiri. Berarti mereka diterima di lingkungan pergaulannya. Tentu kami sebagai orang tua suda mengetahui teman-teman dekat anak-anak kami. Jika mereka ada kegiatan bareng pada akhir pekan di luar rumah, tentu sudah atas persetujuan kami. Bahkan, kami sangat senang jika teman-teman mereka main ke rumah sehingga kami bisa lebih mengetahui teman-teman anak-anak kami.
Jik tidak ada kegiatan dengan teman-temannya, kami biasa mengajak jalan ke luar. Beberapa tempat yang kami tuju bisa taman untuk olahraga bersama, makan bersama di rumah makan di sekitar rumah atau lebih jauh ke restoran, belanja tipis-tipis di mal sesuai isi kantong, silaturahmi ke rumah saudara, atau menghadiri acara keramaian lainnya. Beruntung anak-anak kami bukan tipe pengeluh dan memahami kondisi orang tuanya. Walau saya belum punya kendaraan stang lurus, mereka mau motoran atau naik kendaraan umum baik bus maupun taksi daring/konvensional.
Momen bersama keluarga jangan sampai terlewat begitu saja. Butuh keteguhan hati untuk meluagkan waktu sambil menjalani aktivitas pekerjaan. Materi memang dibutuhkan untuk menghidupi keluarga, tetapi harus ada ruang batin yang harus disediakan secara konsisten agar kesinambungan perjalanan keluarga menuju keluarga sakinah tetap terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H