Lihat ke Halaman Asli

Orang Barat: Sudah Bisa ke Bulan, Kelas Menengah: Bisa Bertahan dari Bulan ke Bulan

Diperbarui: 13 Maret 2024   01:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Saat menulis topik ini, saya mencoba memantaskan diri apakah saya termasuk kelas menengah. Dari lubuk hati yang terdalam dan terluar, maunya sih termasuk ke kelas orang kaya. Tetapi, realitas yang saya rasakan sekarang, banyak perbedaan antara saya dan teman-teman saya yang saya kategorikan sebagai orang kaya. 

Jika tidak tergolong orang kaya, timbul pertanyaan termasuk kategori hampir miskin atau rentan miskin? Ah, suka-suka yang membuat kategorilah. 

Seperti yang tertulis di biodata akun saya, saya bekerja sebagai guru sekolah swasta. Alhamdulillah dapat gaji bulanan karena harus masuk Senin-Jumat pukul 06.45 -15.15 WIB. Ada atau tidak ada jam mengajar,  tetap harus masuk.  

Kadang ada uang tambahan untuk guru-guru dari beberapa kegiatan sekolah. Pulang sekolah, saya mengajar di bimbingan belajar (bimbel) atau privat. Ini saya sebut dengan "nyangkul". Mengajar di bimbel lebih dahulu saya lakukan daripada di sekolah.

 Saya mulai mengajar bimbel sejak April 2003 atau semester IV, sedangkan mengajar sekolah mulai Februari 2007. Saya "nyangkul" sampai pukul 20.00 WIB di bimbel. 

Jika ada privat, bisa lebih malam lagi. Sabtu tetap saya pakai untuk "nyangkul" di bimbel. Biasanya hanya sampai maksimal pukul 13.00 WIB. Ada juga privat di Sabtu atau Minggu jika muridnya tidak bisa belajar pada Senin-Jumat.

Belum cukup sampai di situ. Saya pun mencoba menambah penghasilan dengan berjualan makanan. Untuk yang ini, saya hanya berpromosi di aplikasi WhatsApp (wa). 

Produk makanan saya beli dari teman untuk saya jual kembali. Istri ikut membantu dengan mengajar privat atau sesekali membuat makanan untuk kami jual. Dari semua ini, apakah cukup untuk membiayai hidup? 

Cukup atau tidak, yang pasti saya tidak pernah menghitung total penghasilan sebulan. Bahkan, melihat saldo tabungan pun jarang saya lakukan. Takut kenapa-napa. Hahaha. Ini pula yang jadi bahan bercandaan dengan istri. Biar dia yang melihat saja saldo di ATM setiap transaksi. Begitu pula saat menggunakan mobile banking. Sangat jarang melihat saldo yang tersisa. 

Paling-paling saya lihat untuk mengecek jika ada transaksi yang tertunda atau bermasalah. Dalam keuangan keluarga, prinsip saya uang saya adalah uang keluarga. Artinya, semua pemasukan saya taruh di bank dan diketahui istri. Masing-masing kami pegang ATM. 

Saya masih tinggal di rumah orang tua saya. Di rumah kami, ada saya, istri, ketiga anak kami, kakak saya yang perempuan, dan ibu saya. Anak pertama dan kedua bersekolah di sekolah negeri, anak ketiga di TK swasta. Kedua anak saya juga saya masukkan ke kursus untuk menunjang pendidikan formalnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline