Slamet, itu nama depannya. Ia seorang satpam di sekolah tempat saya mengajar. Setiap pagi jam 5.30, ia sudah siap di gerbang sekolah. Aktivitas paginya adalah mengatur lalu lintas di depan sekolah.
Anak-anak ada yang berangkat ke sekolah bersama dengan orang tuanya naik mobil. Ada juga yang mandiri naik motor , sepeda, atau menggunakan jasa ojek daring. Sebagian berjalan kaki. Begitu pula dengan para guru dan karyawan. Antara pukul 06.00 -- 06.45 WIB, lalu lintas depan sekolah cukup padat karena sekolah kami ada unit TK-SMA yang jam masuknya kurang lebih bersamaan. Tentu tiap unit juga punya satpam masing-masing.
Setelah selesai mengatur lalu lintas atau kira-kira pukul 07.00 WIB, Slamet berjaga di pos depan sekolah. Tentu selain sesekali mengatur lalu lintas keluar masuk kendaraan, Slamet juga bertugas sebagai orang pertama yang ditemui tiap tamu atau siapa pun yang berhubungan dengan sekolah.
Paling banyak biasanya driver ojek daring yang mengantarkan makanan pesanan para siswa, guru, atau karyawan. Slamet sigap mengantar makanan tersebut ke meja piket atau ke orangnya langsung.
Sore harinya, Slamet bertugas mengatur lalu lintas pada waktu pulang sekolah. Setelah Maghrib, ia pun pulang tanda menyelesaikan amanah hari itu.
Ada Slamet, ada pula Suherman. Sama-sama berawalan huruf S. Layaknya Superman, keduanya memang super. Suherman atau yang biasa saya panggil Herman juga seorang satpam di sekolah tempat saya mengajar. Bedanya, Herman ditugaskan di unit SMP.
Pola kerja Herman beda dengan Slamet yang layaknya office hour. Herman kebagian shift. Ada kalanya ia kebagian shift malam yang mengharuskannya bekerja dari sore sampai besok paginya.
Herman bercerita kepada saya, jika kebagian shift malam, ada waktu-waktu tertentu ia harus patroli mengelilingi sekolah. Saya bertanya apakah pernah bertemu makhluk halus. Kalau bertemu, kata Herman, ia belum pernah. Tapi kalau sekadar suara-suara, tak terhitung berapa kali. Herman tidak terlalu khawatir dengan makhlus halus. Justru yang ia khawatirkan adalah bertemu maling atau sejenisnya. Tentu ia selalu siap dengan segala keadaan.
Selain sigap, sikap ramah juga mereka terapkan dalam keseharian. Saat interaksi dengan orang dalam atau luar sekolah, tentu bukan wajah garang yang ditampilkan.
Sekolah kami menerapkan prinsip 5S (senyum, sapa, salam, sopan, santun) bagi semua warga sekolah. Para petugas satpam ini dapat dikatakan sebagai garis terdepan dalam pelaksanaan 5S.
Selain 5S, kunci interaksi lainnya ada pada tiga kata ajaib: : tolong, maaf, dan terima kasih. Tiga kata ini perlu diucapkan kepada siapa pun karena dengan tiga kata itulah kita menaruh respek dan penghargaan dalam satu interaksi Sebagai bagian dari personal di sekolah, tak terhindarkan ada beberapa hal para warga sekolah minta tolong kepada satpam untuk membantu dalam beberapa pekerjaan. Semua itu tak lupa dengan diakhiri dengan ucapan terima kasih.