Lihat ke Halaman Asli

Menikmati Hari dengan Siaran Radio

Diperbarui: 12 Januari 2023   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hampir tiap siang medio akhir '80-an, suara pemain-pemain sandiwara radio akrab menemani. Saat itu, saya seorang anak kelas 1 SD mulai mengenal radio sebagai sarana hiburan. Satu-satunya stasiun televisi yang ada saat itu, TVRI, baru bersiaran menjelang sore. Siaran radio menjadi pilihan yang sayang untuk dilewatkan. ART (asisten rumah tangga) kami saat itu, Mbak Iyem masih saya ingat namanya, adalah orang yang berjasa mengenalkan saya dengan radio melalui sandiwara radio. Beberapa judul sandiwara radio yang saya ingat saat itu adalah  Saur Sepuh, Tutur Tinular, dan Galang Gemilang. Suara khas Ferry Fadli, Elly Ermawati, dan Ivone Rose akrab di telinga saya. 

Suara khas dari radio juga terdengar setiap pagi. Papa saya selalu memutar ceramah K.H. Kosim Nurseha.  Suara khas beliau menemani waktu kami bersiap menuju ke sekolah.  Interaksi saya dengan radio makin menjadi sejak 6 SD sampai SMA.   Hampir setiap malam, saya tidur ditemani radio yang saya taruh persis di pinggir dekat telinga. Mendengarkan acara  kirim-kirim lagu atau mendengarkan penyiar radio berbicara atau mengobrol dengan penyiar lain  cukup menjadi hiburan tersendiri. Bahkan, pernah saya menelepon salah satu stasiun radio untuk mengirim lagu ke seorang teman.  

Kebersamaan dengan abang saya pun salah satunya juga melalui radio saat masih usia sekolah. Setelah selesai belajar dan sebelum tidur, kami bermain catur. Radio jadi teman kami beradu  pikiran di papan catur. Malam minggu menjadi waktu favorit saya mendengar radio, terutama masa SMP dan SMA. Biasanya setelah nonton bola Liga Inggris di TV, saya beranjak ke kamar. Membaca komik atau menulis buku harian ditemani suara penyiar radio rasanya sudah menjadi kebahagiaan tesendiri. 

Kesedihan juga turut mewarnai interaksi saya dengan radio. Saya turut menjadi saksi pendengar sebuah stasiun radio yang behenti siaran. Saat itu, akhir tahun '99, bulan Ramadhan, saya menjadi saksi siaran terakhir sebuah stasiun radio yang sangat setia saya dengarkan juga dari akhir tahun '80-an. 

Interaksi saya dengan radio memang mulai jarang dalam beberapa tahun terakhir. Namun, kadang kebiasaan mendengarkan radio menjelang tidur beberapa kali masih saya lakukan beberapa waktu lalu. Siaran radio memberi warna tersendiri dalam kehidupan saya. Sebagai pendengar, radio bisa dinikmati dari acara-acaranya, seperti pemutaran lagu, dialog, ceramah, warta berita, info lalu lintas, sandiwara, lawak, kirim-kirim salam atau kirim-kirim lagu, iklan-iklan komersial, atau bahkan sekadar menikmati obrolan atau bercandaan penyiarnya. Keseruan itu, bagi saya, tidak tergantikan oleh konten-konten media sosial yang mudah dinikmati melalui gawai. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline