Lihat ke Halaman Asli

Surat Dari Temanku, Seorang Anak Pungut

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku akan menceritakan kepadamu tentang Danar.

Dia temanku. Bukan teman dekat, tapi aku tahu banyak hal tentangnya. Memang kami belum pernah bertatap muka secara langsung, tapi bagaikan sudah saling mengenal dekat, dia bercerita banyak hal tentang dirinya kepadaku.

Dia seorang anak angkat di keluarga kaya raya. Aku tak pernah tahu alamat rumahnya karena dia sendiri enggan memberi tahuku. Malu, katanya. Selain itu, Danar juga menceritakan tentang kedua orang tua angkatnya yang kaya namun belum juga memiliki anak. Karena alasan itulah, 15 tahun lalu mereka memutuskan memungut Danar dari panti asuhan di pinggiran kota tempat domisilinya sekarang.

Dua hari lalu, aku mengirimkan email kepadanya. Sekadar menanyakan kabar dan basa-basi lainnya. Dan malam ini, email balasan dari Danar akhirnya sampai juga. Seperti biasa, dia tampak senang membaca emailku dan lalu mulai menceritakan hal-hal yang terjadi di hidupnya.

"Hai, Mala...

Kabarku baik-baik saja. Kau sendiri? Bagaimana kabarmu? Apa kau menyukai hobi barumu menulis cerita di sebuah media online yang kau ceritakan padaku itu?

Yang aku herankan ketika membaca emailmu kemarin adalah, kenapa kau menanyakan hal bodoh itu? Hahaha! Tentu saja aku masih sering lapar ketika tengah malam. Malah sekarang rasanya setiap tengah malam aku mengalaminya.

Ya, kau benar. Aku mungkin harus lebih berhati-hati. Apalagi kemarin malam aku nyaris kepergok oleh mamaku ketika aku menyusup ke dapur tengah malam. Tumben juga dia bangun jam segitu. Tapi jangan khawatir teman...dia tidak menyadari aku yang bersembunyi di kolong meja makan. Kalau sampai ketahuan, bisa gawat! Aku bisa dicurigai dan diinterogasi habis-habisan. Dan yang paling fatal, mereka tahu aku selalu mengalami lapar yang luar biasa setiap tengah malam.

Habis itu, setelah kupastikan mamaku kembali ke kamarnya, dengan hati-hati aku berjalan menuju kulkas. Kau tahulah aku mau apa. Dan seperti biasa pula, aku mengambil makanan favoritku dan membawanya ke kamarku. Makan dengan lahap dan membersihkan sisanya. Aku tak mau besok pagi-pagi, ketika mama membangunkanku, dia mencium aromanya dan mulai mencurigai semua ini.

Tapi kesalahanku, kawan, aku tak menyadari bahwa makanan yang kuambil kemarin malam itu ternyata tinggal satu-satunya di dalam kulkas. Besoknya, ketika aku dan papa sarapan, mama tampak kebingungan dan bertanya pada kami kemana daging sapi segar yang mau dia masak untuk makan siang nanti.

Hahahaha! Gila! Jantungku berdegup tidak karuan! Untung aku bisa menguasai diri. Aku menggelengkan kepalaku dan selesai sudah masalah. Mama tak menanyakannya lagi dan menganggap seekor kucinglah yang melakukannya. (Walau aku pikir pendapat itu sama sekali tak masuk akal)

Tapi setidaknya aku selamat kawan. Kau memang benar, aku harus lebih berhati-hati. Aku tak ingin keluarga yang begitu baik kepadaku selama ini, tahu tentang kebiasaanku. Oh iya, ngomong-ngomong, bagaimana cuaca di kotamu? Gila! Di sini benar-benar membosankan. Hujan terus setiap hari. Tampaknya musim hujan sudah mulai datang lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline