Ebeg" Kesenian Tradisional Yang Tetap Eksis Di Era Milenial
Hallo Sahabatku, dimanapun berada.
Semoga tetap sehat dan semangat pasca puasa Ramadhan. Mungkin hari ini masih banyak yang melanjutkan dengan silaturahmi ke tempat sanak saudara. Atau mungkin sedang asyik berlibur ke tempat - tempat wisata. Oke, apapun kegiatan para sahabat pasa ini, perkenankan kuucapkan selamat berlibur semoga bahagia selalu. Aamiin.
Pasca Idul Fitri hari ke dua, saya berlibur di rumah saja, karena masih ada saudara yang kabarnya mau silaturahmi. Kebetulan juga di depan rumah, persisnya di pertigaan ada hiburan berupa pertunjukan "ebeg". Kesenian ebeg ini sengaja dibooking oleh warga ( bulik saya) karena beliau berhajat. Hajat beliau berupa kaul / nazar.
Hajat kaul ( nazar dalam agama Islam ) yaitu jika seseorang ada keinginan / 8 kepentingan tertentu dan berharap kepentingan itu tercapai.
Nah untuk mensukseskan ketercapaian dari keinginan / kepentingan tersebut, biasanya dibarengi dengan perkataan yang harus dilaksanakan pasca berhasilnya keinginan.
Contoh saja, misalnya saya sedang ada keinginan/ kepentingan/ cita - cita ingin jadi presiden. Jadi jika berhasil jadi presiden, saya akan nanggap ebeg. Begitulah para sahabat, contoh kaul.
Sahabatku, selain bernama ebeg, ternyata banyak juga nama yang lainnya, misalnya kuda lumping, kuda kepang, embeg, jaran kepang dan lainnya. Perbedaan nama ini tergantung daerah mana yang menyebutkannya.
Kesenian ebeg di tempatku, banyak sekali grupnya. Hampir semua desa ada grupnya, dan bisa saja satu desa ada beberapa grup ebeg.
Dulu sewaktu saya masih kecil di desaku ada 5 grup ebeg. Saat ini grup lama tidak ada yang meneruskan, namun tumbuh grup - grup baru. Grup - grup baru ini, penarinya adalah para milenial.