Lihat ke Halaman Asli

Sadran Gedhe, Tradisi Leluhur yang Masih Lestari di Kampungku

Diperbarui: 9 Maret 2023   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Sadran Gedhe, Tradisi Leluhur Yang Masih Lestari Di Kampungku

Bulan Sya'ban dalam kalender Islam sama dengan bulan Sadran dalam kalender Jawa. Bulan Sadran ini adalah bulan sebelum datangnya bulan puasa Ramadhan. Jadi selain sebagai pengingat atas datangnya bulan puasa Ramadhan, juga ada beberapa event penting  yang ada didalamnya.

Salah satu event yang berbau ritual yang sudah dilaksanakan secara temurun adalah "Tradisi Sadran Gedhe".  Tradisi Sadran Gedhe ini,  sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan berkah karunianya. Bentuk ungkapan rasa syukur ini diwujudkan dalam wujud nasi tumpeng.Nasi tumpeng yang dilengkapi dengan berbagai  lauk pauknya.

Sadran gedhe ini dilaksanakan di area "pesarean" / pekuburan kampung / desa. Untuk pelaksanaan di masing - masing wilayah menganut adat kebiasaan masing - masing. Ada yang diawal bulan, ada yang di tengah bulan dan ada yang di akhir bulan( tutupan). Demikian juga hari yang dipilih, sudah sesuai dengan kebiasaan dari jaman dahulu. Ada yang hari Senin dan ada yang hari Kamis. Sedangkan tradisi di "pesarean" tempat tinggal saya adalah hari Kamis di pertengahan bulan Sadran.

Tepat di hari Kamis ini, "pesarean di tempat tinggalku bakalan ramai dikunjungi oleh banyak orang. Baik oleh warga setempat

atau warga lain kampung yang ada makam sanak saudaranya yang dikuburkan di sini. Mereka datang berbondong - bondong sambil membawa tumpeng. 

Nasi tumpeng yang diisi ayam panggang lengkap dengan lauknya seperti sayur kacang panjang,, masakan mie, tempe/tahu, peyek, kerupuk. Kemudian lalapannya ada kecambah, timun, kacang panjang, pete/ jengkol. Lauk ini masih ditambah masakan tradisional yaitu serundeng, kumbu. Jadi jika lengkap lauknya bisa mencapai selusin macamnya. Hal ini merupakan wujud berkahnya rezeki yang diberikan oleh Sang Penguasa Alam.

Setelah dirasa semua sudah berkumpul dengan masing - masing tumpengnya, doa bersama berupa kalimah Tahlil segera dilantunkan. Acara doa bersama ini dipimpin oleh  ustad / kyai bertempat  di balai malang. Balai malang adalah tempat khusus untuk berdoa yang berada di tengah - tengah pemakaman.  Doa bersama dilaksanakan sebelum sambutan dari Kepala Desa.

Perlu saya sampaikan  juga bahwa sebelum pelaksanaan tradisi Nyadran Gedhe ini, beberapa hari sebelumnya, telah dilaksanakan bersih - bersih makam. Bersih - bersih makam ini, dilakukan secara bergotong - royong  oleh seluruh warga kaum laki - laki, baik tua maupun muda. Pembersihan makam sebagai cara untuk menghormati para leluhur, sehingga makamnya selalu bersih. Sehingga ada rasa nyaman jika berdoa di sebelah makam - makamnya. Yang lebih penting lagi, ini dilakukan sebagai upaya untuk mengingat mati.

Selesainya doa dilantunkan, dengan harapan para leluhur yang sudah mendahului di alam kubur, tetap tenang, selalu mendapat hidayah kebaikan, dilapangkan dan diterangkan kuburnya. Kami yang masih berada di dunia juga tetap diberi kesehatan, keluasan rezeki, dilapangkan dan disempitkan silaturahmi. Seperti hari ini, kami berbaur dengan tujuan yang sama. Mengirim doa buat para leluhur dan menjalin silaturahmi, dan syukuran atas datangnya masa panen padi. Semoga Allah mengijabahi, aamiin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline