Duduk -duduk di pagi hari
Hujan gerimis melanda Jakarta
Sarapan uduk nikmat sekali
Penjualnya manis namanya mbak Ida
Ini cerita dipagi hari setelah sampai di Gedung Guru Indonesia Jakarta. Setelah selesai beberes di kamar Wisma Gedung Guri, saya bersama anak ke empat, keluar mencoba melihat - lihat pemandangan Jakarta di Pagi hari.
Setelah di jalan depan Gedung PGRI, kami tengok kanan kiri. Mau ke mana kita?Karena baru saja datang dari jauh tentu belum tahu tempat - tempat di sekitar. Nah pada waktu itu diseberang kanan jalan, ada orang berkerumun. Yang pergi dari situ membawa tas keresek.
Dari rasa penasaran, saya mendekati tempat itu. Setelah tanya - tanya ternyata kedai nasi uduk. Melihat masakannya menarik, maka kami terpikat untuk mencicipimya. Memang rupa membawa rasa, bukan rupa yang palsu. Lauknya ada semur telur dan tahu, mi bihun, lodeh kentang. Tambah nikmat lagi ada sambel.dan semur jengkol. Mantap kan?
Sambil menikmati nasi uduknya, saya mencoba berkenalan dengan mbak penjualnya. Dia ternyata asli Pekalongan bernama mbak Ida. Dia sudah 5 tahun merantau di Jakarta bersama suaminya yang jualan soto Lamongan. Jika hari Minggu suaminya libur jualan, maka istrinya mencoba jualan nasi uduk. Memanfaatkan kedai soto yang tidak digunakan untuk jualan soto.
Nah, habis makan kami jalan - jalan menuju pasar Petojo, sesuai arahan mbak Idan. Namun takut kesasar, kami balik ke gedung guru saja dan mampir ke Indomart untuk membeli jajanan, buat cemilan di kamar.
Dari petunjuk jalan, saya ingin jalan ke Monas, tapi anakku tidak mau, capai katanya. Sampai dia googling, ternyata jaraknya 2,7 km. Memang lumayan jauh, tapi untuk refreshing juga. Tapi anakku tetap tidak mau, jadi kami duduk - duduk saja di teras GGI. Udaranya semilir, sesejuk hatiku bisa sampai di sini dengan selamat.
Demikian cerita pagiku, tetap semangat dan terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H