Lihat ke Halaman Asli

Demi Keluarga, Dari Indonesia Menuju Negeri Sakura

Diperbarui: 10 September 2022   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi

Teman- teman hebat...

Kemarin sore saya telpon oleh ibuku, beliau  mengabarkan  kalau hari ini Om Joko mau berangkat ke Jepang.Jadi, hari ini saya beserta rombongan mengantar kepergian Om Joko alias adikku yang mau berhikmat mencari rezeki halal ke negara Jepang. Guna efisiensi waktu dan tenaga, pengantaran hanya sampai ke  Stasiun Kereta Api Purwokerto, perjalanan dari rumah kurang lebih satu jam saja.  

Dari Stasiun Purwokerto, Om Joko akan melanjutkan perjalanan  ke Stasiun Gambir. Nah dari sini  ada shuttle bus  pengantar ke Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng, baru terbang ke negara yang dituju.

Agak kaget saya, karena beberapa hari terakhir masih ngurus  surat  menyurat. Lagian baru beberapa  bulan di rumah, setelah sekian tahun tertahan di Negeri Sakura karena adanya pandemi Covid 19. Jadi jadwal kepulangan ditunda sampai tahunan. 

Awal Covid 19, pemerintah Jepang melarang  warganya keluar negeri. Kalaupun boleh, sementara dilarang masuk  kembali ke Jepang. Maka perlu dipikir ulang jika memaksa pulang kampung.

Demikian juga di Indonesia, negara melarang penerbangan dari luar negeri. Waktu sudah diperbolehkan ada penerbangan dari luar negeri pun, harus melalui screening yang super ketat. Belum lagi waktu liburan yang hanya sebentar, akan habis untuk karantina saja. 

Dengan pertimbangan tersebut,  kepulangan adikku ke tanah air menunggu covid 19 mereda. Jadi selama 2 tahunan rencana pulang tertunda terus, sampai benar - benar aman.

Walaupun di sisi lain, ponakan ( anaknya Om joko ) yang sedianya sunat hanya menunggu ayahnya pulang, , ikut tertunda juga. Sampai  teman - teman seusianya  sudah sunat semua. Baru ponakan sunat terakhiran menunggu ayahnya pulang dari Jepang. Karena sudah tidak sabar  ingin segera disunat, maka dengan hitungan cepat, acara sunatan segera dilaksanakan.

Super meriah juga sunatannya, selain  baru beberapa bulan acara- acara hajatan boleh digelar secara terang - terangan, juga ada tanggapannya. Tanggapannya berupa kesenian khas Brebes, semacam barongsai. Karena kesenian ini khusus didatangkan dari brebes tempat asal istri adikku, 

Maremnya lagi niat didatangkannya kini adalah nadar dari ayahku almarhum,kakeknya si ponakan. Yang semasa hidupnya, beliau sempat  bicara jika cucunya ini sunat, ingin nanggap barongsai dari Brebes. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline