Dalam perjalanan hidup manusia pasti pernah terjadi penjelajahan spiritual yang mendalam. Siapakah Tuhan dan apa arti kehadiran-Nya dalam kehidupan manusia? Permasalahan ini tidak hanya menjadi pusat perhatian berbagai agama, namun juga menjadi pusat perhatian filsafat dan ilmu pengetahuan. Konsep manusia sebagai makhluk ketuhanan menandakan bahwa manusia bukan hanya makhluk biologis saja, namun juga mempunyai dimensi spiritual yang menuntunnya memahami hubungannya dengan Tuhan.
Fitrah Manusia untuk Bertuhan
Manusia dilahirkan dengan fitrah atau kecenderungan alami untuk mengenal dan menyembah Tuhan. Dalam Islam, fitrah ini dijelaskan dalam Q.S. Ar-Rum: 30:
"Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui"
Fitrah ini memberikan manusia kemampuan bawaan untuk mengenali Sang Pencipta, namun jalan hidup dan lingkungan dapat mempengaruhi pemahaman seseorang. Filsuf Blaise Pascal juga menjelaskan bahwa manusia memiliki “kekosongan ilahi” dalam dirinya yang hanya dapat diisi melalui hubungan spiritual. Dalam konteks ini, fitrah manusia tidak hanya mengacu pada pengetahuan tentang Tuhan, tetapi juga pada kemampuan memilih jalan hidup yang sejalan dengan kehendak Tuhan, baik melalui ritual ibadah maupun moralitas dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan dengan Tuhan dalam Kehidupan.
Hubungan Manusia dengan Tuhan dalam Kehidupan Sehari-hari
Bertuhan bukan hanya soal menjalankan ritual keagamaan seperti berdoa, beribadah, atau membaca kitab suci, tetapi juga tentang bagaimana manusia menginternalisasi nilai-nilai ketuhanan dalam setiap aspek kehidupan.
- Ibadah Ritual dan Ibadah Sosial, hubungan dengan Tuhan dapat dicapai melalui ibadah ritual seperti doa, meditasi, dan puasa. Namun pengabdian sosial seperti membantu sesama, menjaga lingkungan, dan berbuat baik juga merupakan bagian dari konsep ketakwaan. Nabi Muhammad SAW menegaskan, keimanan tidak hanya diukur dari shalat, tapi juga kepedulian terhadap sesama.
- Moralitas Sebagai Bentuk Keimanan, orang yang beriman kepada Tuhan hendaknya menjadikan nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan rasa syukur sebagai bagian dari perilakunya. Iman yang benar tidak hanya mencakup hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi juga hubungan horizontal dengan manusia dan alam semesta.
- Ketahanan Hidup melalui Keimanan, iman kepada Tuhan adalah sumber harapan dan kedamaian ketika menghadapi tantangan hidup. Iman memberikan landasan moral yang membantu orang bertahan dalam menghadapi kesulitan. Penelitian psikologi positif menunjukkan bahwa orang dengan koneksi spiritual yang kuat cenderung lebih tangguh secara emosional.
Tantangan Konsep Bertuhan di Era Modern
Di era modern, konsep bertuhan menghadapi tantangan besar. Sekularisme, materialisme, dan individualisme sering kali menjauhkan manusia dari nilai-nilai spiritual.
- Materialisme, kesuksesan sering kali diukur dari kekayaan materi, mengesampingkan bahkan menghilangkan dimensi spiritual.
- Individualisme, hanya fokus pada diri sendiri sehingga membuat hubungan dengan tuhan dan sesame terabaikan.
- Sekularisme, paham yang memisahkan antara urusan agama dan urusan manusia dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam konteks politik, negara, dan institusi publik.
Namun, meskipun ada perubahan ini, terdapat banyak bukti bahwa manusia masih membutuhkan hubungan spiritual untuk mencapai kebahagiaan sejati. Bangkitnya kembali praktik meditasi, yoga, dan tradisi spiritual lainnya di berbagai belahan dunia merupakan bukti nyata akan kebutuhan umat manusia akan Tuhan.