Qiro'at adalah ilmu tentang macam-macam bacaan al-qur'an yang mana semua bacaan itu sambung sampai ke Rasulullah SAW. Qiro'at selalu didasarkan kepada bacaan para imam qiro'ah yang diakui saat ini berjumlah tujuh diantaranya yaitu Nafi' al-madani, Ibnu Katsir al-makki, Abu Amru al-Bashri, Ibnu Amir ad-Dimasyqi, Ashim bin Abi an-Najud, Hamzah az-Zaiyyat, dan Al-Kisa,i.
Kisa,i.
Variasi Bacaan Qiro'at
- Qiro'at Sab'ah
- Qiro'at dengan tujuh macam cara atau madzhab dalam melafadzkan dan mengucapkan kalimat-kalimat yang telah ditetapkan oleh para imam ahli qurra' dengan sanad yang kuat dan langsung menyambung kepada Rasulullah SAW.
- Qiro'at Mutawatir
- Qiro'at yang telah diriwayatkan oleh sanad dalam jumlah yang sangat banyak serta selalu bersambung sampai pada Rasululluah SAW. Pada variasi bacaan ini qiro'at disandarkan pada periwayat yang memang terpercaya sehingga mereka tidak akan mungkin berdusta.
- Qiro'at Masyhur
- Qiro'at yang sanadnya memang shahih namun tidak sampai mencapai derajat mutawatir dan sesuai dengan kaidah Bahasa arab, rasm Usmani dan sudah terkenal dikalangan para ahli qiro'at. Adapun pada qiro'at ini dinisbatkan kepada tiga imam diantaranya yaitu:
- Imam Nafi' bin Abdurrahman
- Imam Abdullah bin Katsir
- Imam Abu Amr, Zabban bin Al-Ala' Al-Bashriy
- Qiro'at Ahad
- Qiro'at dengan derajat tidak mencapai pada derajat masyhur namun sanadnya sahih. Qiro'at ini menyalahi atau rasmnya berbeda dengan rasm ustmani dan kaidah-kaidah Bahasa arab seperti di macam-macam qiro'ah sebelumnya sehingga tidak boleh dibaca dalam sholat maupun diluar sholat.
- Qiro'at Syaz
- Qiro'at yang sanadnya memang tidak shahih karena bacaannya menyimpang. Menurut Abu Amr ibnu hajab metode qiro'at ini dilarang dibaca pada saat sholat dan lainnya. Namun beberapa ada yang berpendapat jika qiro'at ini bisa dijadikan hujjah dalam menjelaskan makna al-qur'an dan disisi lain juga berpendapat bahwa qiro'at ini tidak bisa dijadikan dalil, ini didasarkan pada argument yang menyatakan kalua qiro'at ini tidak bisa digolongkan sebagai khabar ahad atau hadist nabi.
- Qiro`at maudhu
- Qira`at yang tidak ada dasarnya atau tidak bersumber dari Rasulullah SAW. Dan ini merupakan qira`at bacaan yang tidak memiliki asal usul yang disandarkan kepada orang yang telah membacanya,tanpa adanya dasar.
- Qira`at mudroj
- Qira`at yang telah diselipkan di dalam ayat al-qur`an sebagai tambahan dalam memperjelas makna atau penafsiran yang telah ditambahkan di dalam qira`at .
- Penafsiran al-quran
- Penafsiran al-quran itu adalah kajian yang mendalami ayat ayat al-quran yang memang bertujuan untuk bisa memahami makna makna yang terkandung didalam nya. Penafsiran al-quran itu ada 4 metode diantara nya yaitu :
- Metode Tahlili (analitik)
- Metode ini yang paling sering digunakan ,menurut muhammad baqir ash-shadr yang disebut sebagai metode tajzi'i yaitu metode yang ahli tafsir nya berusaha menjelaskan apa isi kandungan ayat-ayat al-qur'an dari seginya yang memperhatikan runtutan ayat-ayat yang tercantum didalam al-qur'an. Tafsir ini dilakukan secara berurutan dari ayat demi ayat yang kemudian surat demi surat dari awal hingga akhir sesuai dengan susunan nya al-qur'an.
- Metode ijmali (Global)
- Metode ini yang berusaha menafsirkan al-qur'an secara singkat dan keselruhan dengan menjelaskan makna yang dimaksud pada tiap kalimat dengan Bahasa yang ringkas sehingga dapat mempermudah dan bisa dipahami. Istimewanya pada penafsiran ini ada pada kemudahan nya sehingga dapat dipelajari dan dikonsumsi oleh lapisan dan tingkatan kaum muslim secara merata.
- Metode Muqarin
- Metode ini menggunakan metode perbandingan pada ayat diantara ayat dengan ayat, atau ayat nya dengan hadist, atau antara pendapat -- pendapat para ahli ulama tafsir dengan menunjukkan perbedaan tertentu dari suatu objek yang sudah diperbandingkan tersebut.
- Metode Maudhu'i (Tematik)
- Metode ini memilih satu tema di dalam al-quran yang kemudian dihimpun pada seluruh ayat al-quran yang berkaitan dengan tema tersebut lalu kemudian ditafsirkan untuk menjelaskan makna tema tersebut.
- Tujuan adanya penafsiran al-quran yaitu untuk memahami makna yang sudah ada didalamnya agar tidak usang . Al-quran harus ditafsirkan sesuai dengan pemahaman dan penggunaan kalimat pada masa nabi SAW.
- Adanya variasi pada bacaan al-qur'an juga memberikan pengaruh terhadap penafsiran ayat-ayat al-qur'an sehingga karena perbedaan bacaan ini bisa membawa makna yang berbeda walaupun tetap berada dalam konteks ajaran yang sama. Setiap bacaan yang memiliki variasi aka nada gramatikal atau interpretasi linguistic yang dapat pemperkaya pemahaman terhadap teks al-qur'an. Ini juga memberikan banyak perspektif sehingga mengajarkan pemahaman terhadap konteks bisa meluas. Namun perbedaan bacaan ini tetap harus dilihat dengan hati-hati dan selalu memastikan bahwa makna yang dihasilkan tidak bertentangan pada prinsip dasar al-qur'an.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H