Hujan di bulan Juni.. ..
Itu salah satu sajak atau puisi kesukaan saya sejak dulu, selain tentu saja sajak "Aku ingin "yang legendaris. Siapa yang tak kenal sajak-sajak beliau?
Tapi tulisan ini bukan ingin mengkritisi isi dari sajak Eyang Sapardi .Saat beliau membuat sajak ini, saya membayangkan bahwa beliau membuatnya dalam suasana syahdu di tengah hujan...pada bulan Juni !
Saat saya kecil, saya ingat pelajaran di sekolah yang mengatakan bahwa bahwa musim di Indonesia dibagi menjadi 2. Musim hujan dan musim kemarau ( sampai sekarang juga masih sama sih :-D ) . Maafkan kalau info ini sungguh mubazir dan tidak bermanfaat hehhe..
Cuma bedanya kalau dahulu kedua musim tersebut berjalan dengan tertib dan bisa diprediksi , maka lain halnya dengan sekarang ! Dulu, musim hujan biasanya terjadi saat memasuki bulan-bulan yang berakhiran " Ber" , bahkan mulai bulan Agustus. Mungkin saat Eyang Sapardi membuat puisi tersebut, musim hujan berawal sejak bulan Juni..!
Sekarang, pergantian musim bisa sangat random.. Musim hujan di Jakarta baru diawali pada bulan desember dan diakhir bulan ini baru memasuki masa deras-derasnya..Dan tidak butuh waktu sampai 6 bulan lamanya, maka musim kemarau sudah tiba menggantikan musim hujan ini.
Perubahan musim adalah salah satu fenomena yang diterima begitu saja oleh banyak orang. Dalam 100 tahun telah terjadi perubahan iklim . Terakhir rata-rata suhu global telah meningkat sebesar 0,74 C, yang dikenal dengan istilah global warming atau climate change/crisis. Hal mengakibatkan pola curah hujan telah berubah dan frekuensi kejadian ekstrem meningkat.
Perubahan baik dalam skala spasial atau temporal dan rentang perubahan, dalam hal iklim dan cuaca, juga bervariasi. Masalah global warming ini sudah menjadi kecemasan banyak pihak. Mulai dari mantan presiden US, Al-Gore sampai yang paling populer sekarang adalah remaja 16 tahun dari Swedia , Greta Thunberg yang tahun ini menjadi salah satu nominator untuk mendapatkan Nobel Prize. Tentang apa saja yang menyebabkan masalah diatas bisa dengan mudah di baca dari berbagai sumber.
Perubahan iklim memiliki konsekuensi pada lingkungan biofisik seperti perubahan awal dan panjang musim (Ini menjelaskan kenapa pola musim di Indonesia berubah) , glasial yang mencair , penurunan luas es laut Kutub Utara dan kenaikan permukaan laut. Perubahan-perubahan ini juga telah memiliki dampak yang dapat diamati pada keanekaragaman hayati di tingkat spesies, dalam hal fenologi, distribusi & populasi, dan tingkat ekosistem dalam hal distribusi, komposisi & fungsi. Banyak perubahan telah dilaporkan dalam distribusi spesies.
Dulu saya pikir, masalah diatas hanya tampak seperti teori dan terlalu sulit dicerna buat orang awam seperti saya. Namun, ternyata akibat perubahan alam ini sudah terjadi di depan mata!
Ada fenomena alam yang akhir-akhir ini terjadi di beberapa tempat di Indonesia , dan kebetulan salah satunya terjadi persis di lingkungan kerja saya yakni di lingkungan kampus dan rumah. Fenomena tersebut adalah munculnya "wabah ular anak kobra" yang menghebohkan. Hal ini memang sangat jarang terjadi. Seumur hidup, saya baru mengalami hal ini dan tentu saja ini menakutkan (kecuali bagi penggemar reptil ya ..:-P) . Di kampus, sejauh ini telah di temukan sekitar 6 anak kobra dan hampir tiap hari selalu ditemukan yang baru. Bahkan petugas security juga menemukan 9 telur ular yang belum menetas. Di lingkungan rumah saya ditemukan 3 anak kobra dan salah satunya berhasil masuk ke dalam rumah !!