Lihat ke Halaman Asli

Supir Angkot dan Diriku

Diperbarui: 6 Juli 2015   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Aing karak meunang lima belas rebu tah, geus tilu rit ieu teh... gelo anjir.. penumpang meni hese hese pisan poe ieu", Supir angkot itu memulai pembicaraannya dengan salah satu temannya yang baru menaiki mobilnya. "Geus biasa, matakna maneh kudu gesit mun neang penumpang teh" Balas temannya tersebut.

Supir tersebut semakin tancap gas, dan semakin pula banyak menginjak rem mendadak karena pada saat itu jalanan agak ramai dan padat. Aku yang menjadi salah satu penumpangnya hanya bisa tersenyum kecut melihat dan mendengar mereka berdua bercakap-cakap di bangku depan tersebut.

Seorang ibu bahkan sempat mengeluarkan kata-kata kesalnya sambil memperingatkan si supir tersebut. "Jang, pelan-pelan kalo bawa penumpang teh, didieu teh jalma, lain barang." Mendengar perkataan ibu yang separuh baya tersebut, supir tersebut bukannya memperlambat tancapan gasnya, tetapi malah mengatakan, "atuh da kumaha deui bu, saya mah kejar setoran, teu cukup keur meuli beas ge."

Hmm... Mendengar percakapan antara supir, teman supir, dan ibu separuh baya tersebut, mungkin cukup beralasan apabila si supir tersebut berkelakuan seperti itu. Aku pun hanya bisa merenungi diri sendiri. Apabila pekerjaan supir angkot itu, aku yang menjalankannya. Mungkinkah aku seperti itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline