Ut Tunu merupakan tempung dari pengelolaan jagung Putih dan Kuning dengan cara dititi mengunakan Batu Titi ataupun di saat sekarang dengan cara mol. Ut Tunu juga disebut Ut Tunu sesuai dengan prosesnya yakni cara membakar mengunakan arang. Nene Mpooyang orang dawan, Ut Tunu tepung hasil ayakan yang halus biasa di campur dengan parutan kelapa atau pada dengan gula air dari lontar atapun sesuai dengan kemajuan bisa dicampur dengan gula pasir. Setelah proses campur selesai di aduk menjadi adonan hingga merata.
Kemduian adonan yang telah dicampur dibungkus dengan daun pisang sesuai ukuran yang diinginkan. Setelah proses bungkus berakhir langsung dipanggang pada bara api (Fla) sampai matang. Ketika Ut Tunu sudah matang siap untuk disajikan. Dulunya masyarakat dawan belum mengenal tepung terigu Ut Tunu merupakan makanan sebagai kue seperti saat ini, Roti bakar, tetapi berbeda proses dan bahannya. Bagi orang yang pernah merasakan Ut Tunu akan selalu kenang rasanya, keran rasa dan aroma yang menggiurkan, sebab prosesnya tidak sama seperti Roti yang bahan prosesnya mengunakan Besi atau Almunium, tapi sangat sederhana dan secara tradisional.
Ut Tunu juga sebagai makanan tradisional yang bisa bertahan dalam waktu beberapa hari. Apabila di simpan di tempat yang memiliki suhu rata-rata. Semua kalangan bisa mengkjonsumsi U Tunu.." Banyak pergeseran makanan tradisional di kkabupate TTS, padahal makanan tradisional yang ada memiliki gisi yang cukup baik untuk kesehatan apalagi prosesnya secara tradisional yang tidak mengadung bahan kimia, semua mengalami pergeseran karena terlenanya masyarakat terhadap produk-produk instan yang kian muda dijumpai dimana-mana," Tutur Tokoh Masyarakat Desa Kualin Kecamatan Kualin, Andreas Penuam.
Tokoh Masyarakat sekaligus penutur Adat (Mafefe) mengatakan memasuki abad ke 21 banyak pergeseran budaya dan tradisi orang dawan baik dari makanan sampai dengan kebiasaan saling sapa dalam kehidupan sehari-hari di kelompok masyrakat." Moderisasi sudah mengeser kebiasan orang Timor dawan, mulai dari hal kecil seperti anak-anak dalam menyapa orang tua tidak lagi sopan yang seharusnya sesuai tradisi orang timor tidak pantas,"Ungkap mantan Kepala Sekeloh SD GMIT Kualin dua priode ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H