Lihat ke Halaman Asli

Gugat

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gugat.

"Mas Bro, kami kesini mau menggugat!" kata Parmin. Tampak bersamanya, Maria, Dololit, Ki Amin, Presiden, Pudel, dan masih banyak lagi. Mas Bro hanya termenung, ia bingung tapi juga merasa sudah kenal begitu dekat.

"Siapa kalian? Mau apa? Menggugat apa?" tanya Mas Bro.

"Pakai pura-pura ga kenal. Heh, Mas Bro, lihat baik-baik. Kami ini adalah ciptaanmu. Kami tokoh dalam semua cerpen, cerbung, novel, komik dan tulisan-tulisanmu lainnya. Dan kami ke sini mau menggugat!"

"Benar! Heh Mas Bro, apa hak dan wewenangmu menuliskan cerita kami begitu nelangsa, tragis tapi juga ada yg berbunga-bunga dan romantis. Yg membuat kami kesal, saat kau menulis cerita kami hanya asal-asalan, hanya selintas untuk sekedar memuaskan obsesimu sebagai penulis. Kau anggap kami hanya karangan, rekaan biasa. Padahal kau menjadi terkenal karena kami. Apa balasan terima kasihmu kepada kami?"

Mas Bro menjadi terpojok. Terlebih saat mereka mengepung dirinya dan merangsek maju. "Mau apa kalian." Mas Bro ketakutan. Ia tak habis pikir, bukankah mereka tercipta karena pena dan kertas? Otak Mas Bro berputar. Tetapi mereka tambah dekat saja.

Salah satunya bahkan memegang leher baju Mas Bro.

Mas Bro mencoba mengalahkan kepanikannya. Mas Bro ingat di sakunya ada pensil kecil yg biasa digunakannya untuk menggambar sketsa atau coretan alur cerita. Mas Bro segera meraihnya. Mereka yg mengepungnya mencibir, menertawai dan meremehkan pensil di tangan sbg senjata.

Dg pasti Mas Bro menggerakkan pensilnya. Sekejap ia menulis : TAMMAT.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline