Lihat ke Halaman Asli

Find Leilla

librarian

Menjadi Bahagia (ala Saya)

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

‘Cuma 3 tahun bedanya? Kenapa wajahnya terlihat begitu tua?’

‘Lha mbuh,’ jawab saya.

Demikian komentar seorang teman saat melihat saya berjalan bersama seorang sahabat lama. Memang benar, usia kami hanya berjarak 3 tahun. Dia lebih muda dari saya, namun di mata teman-teman saya, wajah sobat itu terlihat kuyu, pucat, tak bersemangat, hingga membuat raut wajahnya terlihat lebih tua dari usianya yang sebenarnya.

Saya tak hendak berbicara tentang bagaimana menyiasati agar wajah terlihat lebih bugar dan bisa nampak awet muda. Hanya saja saat bercakap-cakap dengannya tadi, ada satu pertanyaan yang keluar dari bibirnya hingga membuat saya tergelitik untuk menuliskan ini. ‘Gemukan, La? Enak hidupmu sekarang?’ Saya tersenyum menjawabnya. Hidup enak menurut dia adalah hidup berkecukupan dan hanya menghadapi sedikit masalah. Saya menggeleng keras menyanggah pendapatnya. Sejatinya hidup saya tentu sama seperti orang lain, seperti dia juga. Hanya bedanya, saya lebih bisa menikmati hidup meski segala sesuatu tak berjalan seperti yang saya mau. Saat mendengarnya mengeluhkan ini dan itu, betapa bersyukurnya saya bahwa dalam kondisi yang pas-pasan seperti sekarang, saya lebih bisa menikmati hidup dan merasa bahagia. Dan di bawah ini adalah beberapa hal yang tak ia miliki, namun justru inilah yang menjadi kunci kebahagiaan saya :

Berpikir positif

Sudah menjadi kodrat manusia untuk berpikir sejauh apa yang ada di hadapannya. Saat begitu banyak hal di depan mata yang terlihat tak sesuai dengan harapan, seketika orang akan bereaksi marah, curiga, atau jika tak lagi berdaya, ujung-ujungnya menjadi putus asa. Saat jatuh dalam keputusasaan seringkali pasrah yang bisa dilakukan. Kadang kita hampir tak memiliki lagi tenaga untuk melawan. Namun demikian tidak berarti membuat kita benar-benar tak memiliki harapan. Salah satu cara terampuh untuk kembali meninggikan semangat yang terlanjur patah adalah dengan berpikiran positif. Yang perlu diingat adalah bahwa saat jatuh dalam titik terendah dalam kehidupan, tidak ada yang berlaku kekal. Ingatlah bahwa hari-hari tak selamanya malam. Ada juga saatnya kita bertemu terang. Matahari memiliki waktunya untuk terbenam, demikian sebaliknya ada waktunya untuk kembali muncul di permukaan. Tidak ada jalan yang buntu. Yang ada hanyalah jalan yang sedikit memutar, percayalah.

Miliki satu atau dua orang teman

Seringkali orang yang hidupnya terpusat pada diri sendiri adalah mereka yang tak memiliki banyak teman. Milikilah satu atau dua orang sahabat. Dengan sahabat kita bisa berbagi banyak hal, suka, duka, termasuk tiap tawa dan tangisan kita. Dengan sahabat membuat semua masalah menjadi sedikit lebih ringan, meski tak selalu berarti hanya lewat sahabatlah kita bisa terlepas dari masalah. Tapi paling tidak memiliki seorang teman membuat fokus pikiran kita tak lagi berpusat pada diri sendiri. Tidak mudah mengasihani diri. Saat berbicara atau mendengar kisah seorang sahabat, tanpa sadar kita telah mengobati diri sendiri. Ingat petuah, saat memberi kita menerima.

Keluar, nikmati hidup secara wajar

Sesekali manjakan diri untuk sekedar kongkow bersama teman. Tak perlu hang out di cafe setiapminggu, sebulan sekali pun jadi. Puaskan diri dengan mencoba resto-resto baru dengan menu-menunya yang menyegarkan. Tak harus berkunjung ke tempat-tempat yang mahal, mulai dari warung kaki lima hingga resto yang berstandar internasional bisa dicoba. Kuncinya satu, nikmati semua sesuai dengan isi kantong anda. Jangan memaksa jika budget tak mencukupi. Yang penting di sini adalah menyediakan waktu untuk sekedar bertemu teman dan sejenak merilekskan pikiran di tempat-tempat terbuka. Saat bokek, saya sangat menikmati makan menu penyetan di emperan toko dekat rumah. Atap langitnya itu lo, saat bertaburan bintang, luar biasa.

Menghadiahi diri sendiri dengan hadiah

Jangan kikir pada diri sendiri. Ada saatnya kita boleh menghujani diri dengan hadiah. Beli apa saja yang menjadi impian kita. Saat menghadiahi diri sendiri, sedikit banyak perasaan kita akan menjadi lebih bahagia. Namun kembali yang perlu diingat adalah sesuaikan anggaran belanja sesuai dengan isi kantong anda. Tak perlu mahal. Buat saya, menghadiahi diri sebulan sekali dengan seporsi martabak manis adalah hadiah yang sempurna.

Menghadiahi diri sendiri dengan rekreasi

Atur rencana liburan atau weekend anda. Tak perlu berjalan jauh ke luar negeri atau ke luar kota. Mengunjungi taman kota atau tempat-tempat wisata lain di dalam kota sudah sangat membantu membuat pikiran jadi rileks dan tersenyum lega. Secara psikologis saat mata melihat pemandangan yang menyejukkan, perasaan akan jauh menjadi lebih tenang.

Bersyukur dan berdoa

Miliki hati yang senantiasa bersyukur dalam segala keadaan. Yup, tidak salah dengar, bersyukur dalam segala keadaan. Bukan perkara mudah memang. Saat berada dalam kondisi sempurna atau bahagia, sangat mudah bagi kita mensykuri apa yang kita punya. Sebaliknya saat berada dalam kondisi sakit atau tertimpa musibah, kadang hampir mustahil bagi kita untuk mengungkapkan rasa syukur pada Sang Pencipta. Satu kuncinya, belajarlah untuk memiliki pikiran ‘untung’ dalam segala perkara. Saat sakit, katakan, ‘untung masih bisa diobati penyakitnya,’ atau, ‘untung masih bisa beli obatnya.’ Saat kehilangan barang berharga, katakan, ‘untung nggak apa-apa orangnya,’ atau ‘untung cuma itu yang diambil dia.’ Dan berbagai kalimat ‘untung’ yang lainnya. Dengan berkata demikian sesungguhnya sudah mengajar kita untuk bersyukur bahkan saat berada dalam situasi yang paling tak menguntungkan sekalipun.

Seperti nafas hidup, demikianlah kita membutuhkan doa. Saat berdoa, biasakan tidak menjadi instruktur yang bebas memerintah Tuhan agar mengabulkan semua yang kita inginkan. Tuhan memiliki kehendaknya sendiri yang tak terbantahkan. Tak perlu selalu mengingatkan Tuhan agar Ia melakukan ini atau itu seperti layaknya perintah seorang mandor pada bawahan. Ingatlah bahwa Ia akan memberi sesuai yang kita perlukan, bukan sesuai yang kita inginkan.

Hidup memang tak selalu berjalan dengan sempurna, namun saat kita mampu menerima dan mengelola setiap masalah, niscaya segalanya akan menjadi mudah. Dan ‘bahagia’ bukan lagi menjadi kata yang mustahil bagi kita.

Salam Kompasiana.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline