[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Rumah | Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]
Rumah Santi kebakar. Mom arah balik pulang. Kamu dimana?!’
Itu telpon ibu saya Sabtu malam kemarin. Saat mendengar kalimat demi kalimatnya, lutut saya langsung lemas. Semula berdiri sampai akhirnya terduduk di kursi. Kaget bukan kepalang. Betapa tidak, rumah milik Santi tetangga saya itu hanya berjarak dua rumah dari kediaman saya. Mendengar rumahnya terbakar spontan jantung saya kayak mau meledak keluar.
Sesaat setelah menutup telepon, yang pertama saya pikirkan justru bukan benda-benda seperti ijazah, surat berharga, motor, atau perangkat elektronik di rumah, tapi justru asuransi. Yup, nggak salah, asuransi kebakaran yang sudah beberapa tahun terakhir saya ikuti. Untuk urusan memori kadang saya memang sangat lemot loadingnya. Untuk urusan asuransi selalu saja gak bisa ingat kapan harus perpanjang jika habis masa proteksinya. Ini yang bikin kepanikan saya jauh lebih meningkat rasanya. Seketika saya menelpon teman saya yang agen asuransi itu dan menanyakan masa berakhirnya polis saya, syukurlah, masih sampai Agustus tahun ini masa berlakunya. Lega. Pikir saya, whatever will be will be lah. Namanya juga musibah.
Bagi beberapa orang, asuransi kebakaran memang bukan prioritas utama. Apalagi buat orang model saya yang tinggalnya cuma di rumah petak dan dalam lingkungan pemukiman yang padat penduduknya. Sama sekali gak kepikiran. Saya pun pertama kali memutuskan harus ikut asuransi kebakaran setelah beberapa waktu lalu seorang tetangga meledak kompor gas-nya. Untungnya saat itu gas meledak di luar rumah, jadi tak sempat membakar banyak barang seperti kalo kejadian di dalam ruangan. Trauma bener saya. Saat saya mencari informasi tentang asuransi kebakaran yang bisa mengcover penghuni rumah meski bukan pemilik rumah sebenarnya, saya akhirnya ikutan juga.
Berikut beberapa pertimbangan mengapa kita sebaiknya mengambil jenis asuransi kebakaran rumah :
Tetangga
Kenali baik-baik siapa tetangga anda juga pemukiman yang dihuni seperti apa. Padat penduduk atau yang berkelas jarang-jarang tetangganya. Kebetulan saya tinggal di daerah yang sangat padat. Semakin padat penghuni semakin besar resiko yang bisa terjadi. Harus siap membentengi diri sendiri. Resiko diimbangi dengan kemampuan menanggulangi resiko. Olehnya saya memilih yang bisa memberi rasa aman saja. Ini salah satu alasan utama yang mendorong mengapa saya harus mengambil asuransi kebakaran rumah.
Musibah
Siapa yang bisa memperkirakan datangnya musibah? Bahkan saat anak bermain petasan saja bisa jadi beda cerita. Tak ada seorang pun yang bisa memprediksi kapan akan terjadi musibah. Ingat pepatah, sedia payung sebelum hujan adalah tindakan yang bijaksana.
Perlindungan
Siapa juga yang mau tertimpa musibah? Namun jika harus terkena dan tak sanggup menghindarinya, paling tidak ada setitik rasa aman jika ada sedikit perlindungan. Dan asuransi buat saya bisa jadi salah satu jawaban.
Murah
Tadinya saya pikir asuransi kebakaran termasuk asuransi yang mahal, ternyata tidak. Ada hitungannya yang masuk akal. Untuk ukuran rumah mungil saya per tahun hanya membayar kisaran ratusan ribu saja. Nggak mahal. Sebab jenis asuransi ini kan sifatnya tanggung renteng, jadi bayarnya nggak sebesar kalo kita ikut asuransi jiwa misalnya. Pikirkan besaran biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang kelak bisa kita dapatkan. Buat saya, akan lebih banyak manfaat yang bisa didapat saat menghadapi musibah ketimbang kerugiannya.
Sebelum memutuskan mengambil satu produk asuransi kebakaran, sebaiknya pelajari dulu proteksi dan syarat-syarat yang ditawarkan. Beberapa asuransi ada yang menjamin resiko kebakaran karena petir, ledakan, sampai musibah kejatuhan pesawat terbang. Benda-benda yang dijamin juga bermacam-macam, ada yang meng-cover bangunan, isi bangunan, hingga aset-aset berharga lainnya. Minta bantuan agen asuransi supaya kita benar-benar bisa mendapat proteksi yang terbaik yang bisa kita dapatkan sesuai kemampuan kita membayar. Hitung materi-materi yang selayaknya saja kita jaminkan, sebab besaran jumlah nilai pertanggungan mempengaruhi besaran premi yang harus kita bayarkan. Selain itu, pilih asuransi yang sudah berpengalaman membayar klaim nasabah dengan baik. Nama besar asuransi kadang bukan jaminan. Memang harus jeli memilih penyedia jasa produk asuransi.
Takdir, hidup, mati, memang Tuhan yang menentukan, tapi nggak ada salahnya jika masing-masing kita mempersiapkan datangnya takdir itu semampu yang bisa kita lakukan. Apalagi jika persiapan itu dapat kita tebus dengan harga ratusan ribuan saja, yang penting nggak bikin kelabakan. Biar kata asuransi nggak bisa mengganti rasa sedih akibat kehilangan, yang penting aman. Walau asuransi tak mampu menggantikan semua kenangan atau memori akan setiap benda yang kita punya karena habis terbakar, yang penting masih ada pegangan. Semoga senantiasa dijauhkan dari mara bahaya. Tuhan yang memberi, Tuhan pula yang mengambil. Terpujilah nama Tuhan.
Salam Kompasiana!
.
#curhatan bukan seorang agen asuransi
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H