Lihat ke Halaman Asli

Seribu Mawar Hitam untuk Sofia

Diperbarui: 14 Maret 2019   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

blackrose.com

'Mawar hitam itu mencekikku lagi malam ini. Sungguh! ‘ ujar wanita muda itu pada calon suaminya. Wanita muda itu berusia sekitar 30 tahun-an, sebuah usia yang agak terlambat untuk menikah, sebenarnya. Namanya Sofia. Wajahnya lumayan cantik, meski ia sedikit gembul dan berjerawat. 

‘Oh ya ?’ sahut calon suaminya sambil melirik malas. ‘ Malah bagus. Kuharap duri mawar itu meletuskan jerawat di wajahmu. Ah ya. Dan juga, lemak yang menggelambir di sekitar perutmu. Supaya kau terlihat langsing saat mengenakan gaun pengantin nanti. Hahaha…’ Sembur lelaki itu lalu tergelak-gelak.

‘Tidak lucu, Pepijn. Betul-betul tidak lucu.’ Ujar Sofia bersungut-sungut. Wajahnya ditekuk.

‘Kau terlalu serius Sofia. ‘ Lelaki itu mengibaskan tangan.

‘Kuharap juga begitu tadinya. Bukan sesuatu yang serius. Tapi, nih , kau lihat, lingkaran hitam di mataku. ‘

‘Ya. Kau seperti seekor panda sekarang. ‘ gumam Pepijn.

‘Ayolah, Pepijn. Aku ingin bertemu Isis SEKARANG JUGA. ‘

Pepijn mendelik. Itu tidak akan memperbaiki apapun, pikirnya. Tapi Sofia memang tidak sedang meminta persetujuannya. Sofia bahkan melengos begitu saja dan meninggalkannya untuk bertemu Isis.

***

Isis adalah wanita yang melahirkan Pepijn. Ia tak melakukan apapun dalam hidupnya kecuali tiga hal. Memasak, merangkai bunga dan menafsirkan mimpi. Orang-orang memintanya untuk mengartikan mimpi-mimpi mereka. Dan Isis melakukannya dengan senang hati. Ia bahkan tak mau dibayar untuk itu. Menurutnya, menafsirkan mimpi bukanlah sebuah pekerjaan. Satu lagi, Isis akan marah besar jika ada yang menyebutnya peramal atau cenayang. 

***

‘Tunggu Sofia. Apa sih yang kau harapkan dari ibuku ? Ketahuilah. Ibuku itu senang sekali mengkhayal. Tafsiran mimpinya itu tak lain tak bukan adalah hasil dari imajinasinya sendiri. ‘ sergah Pepijn.

‘Oh, Pepijn.. Kau berharap aku akan mengurungkan niatku, begitu ?’ 

‘Ya. Begini.. ‘ Pepijn berdehem-dehem sebelum memulai sesuatu hal yang akan ia ceritakan.

Dulu ada seorang pria yang datang menemui Isis. Pria itu tampak putus asa. Beberapa kali ia bermimpi mencium keledai. Lalu setelah itu, si keledai terkejut dan mulai bertingkah liar. Ia menyepak pot-pot bunga kesayangan sang pria itu hingga hancur berantakan.

Menurut Isis, mimpi seperti demikian itu adalah pertanda buruk. Pria itu, menikahi seorang wanita yang dungu dan jalang. Tapi pria itu tertipu oleh kecantikan sang istri, bahkan ia tak menyadari bahwa wanita itu diam-diam berselingkuh dengan pria lain. Adalah sebuah kesia-siaan untuk melanjutkan perkawinan mereka. Karena istrinya mungkin akan terus melakukan kesalahan yang sama.

‘Isis bilang begitu? ‘tanya Sofia penuh selidik.

‘Ya. Isis bilang begitu.’ 

‘Lalu apa yang terjadi berikutnya ? ‘

‘Kudengar, pria malang itu menceraikan istrinya. Tapi kemudian ia menjadi depresi. ‘

‘Menyedihkan. ‘

‘Konyol, bukan ? ‘

‘Ya. Tapi kita tidak akan pernah tahu kebenaran yang sesungguhnya. Aku akan tetap menemui Isis. ‘ 

Kali ini niat Sofia telah bulat dan tak bisa dibendung lagi.

***

‘Sofia, anakku. Ceritakan saja. Tak perlu merasa takut atau ragu. Ceritakan, SEMUANYA. ‘

‘Apakah aku terlihat lelah, Isis ? ‘

Penafsir mimpi itu mengangguk. Ia khawatir sekali akan keadaan calon menantunya sekarang.

‘Mimpi-mimpi itu, Isis. Mimpi yang sama. Berulang-ulang. ‘

‘Ya, katakan saja ’ 

‘Mawar hitam itu tumbuh dari sebuah lahan kosong di rumahku. Ia merambat masuk melalui jendela kamar, lalu merayap ke tempat tidur dan mulai membelitku. ‘

Sofia merasakan napasnya tak beraturan. Dadanya sesak.

‘Ia tak sekedar membelitku. Seolah belum puas, tumbuhan itu mencekikku. Oh, Isis, aku bahkan sanggup mendengar teriakannya. ‘

‘Ya ? Mawar hitam itu, berteriak kepadamu ? ‘ 

Sofia mengangguk.

‘Kedengarannya ia berteriak dalam bahasa Iblis, sih. Tapi aku seolah tahu artinya. ‘

‘Teruskan. ‘ 

‘Rasanya tumbuhan itu bilang..  katakanlah kejujuran

***

Sofia keluar ruangan dengan wajah muram. Ia menyangka semua akan membaik. Tapi ternyata tidak. Lebih parah lagi, Isis mengusirnya. Isis bilang, kalau anaknya, Pepijn, akan menikahi wanita yang salah.

‘Apa kubilang. Jangan pernah menceritakan mimpimu pada ibuku. ‘ Sembur Pepijn.

‘Ibumu kasar sekali. Ia bahkan tak menjelaskan apa-apa. Ia hanya mengusirku saja.’ 

Sudah pernah kuperingatkan sebelumnya, Isis itu aneh. Dia gemar berkhayal !’

Pepijn menenangkan calon istrinya yang mulai meratap panjang pendek. Tiba-tiba Sofia terdiam. 

‘ Tunggu..’

‘ Apa ? ‘ Selidik Pepijn.

‘ Ng… oh, tidak. Bagiku bukan sesuatu yang penting.’ Sahut Sofia. 

***

Malamnya, Sofia kembali bermimpi. Kali ini mawar hitam itu semakin mengganas. Tumbuhan itu membelitnya dengan onak duri yang tajam bagai ujung belati. Mawar hitam berteriak lagi. KATAKANLAH KEJUJURAN!

Sofia terbangun dari mimpi dengan nafas tersengal. Sekujur tubuhnya basah oleh keringat. Mendadak ia merasa geram sekali. Lantas ia merasa harus melakukan sesuatu.

Di sambarnya sebatang lilin dan lentera. Ia bergegas menuju halaman belakang dan mulai mencangkuli tanah itu dengan tangannya sambil memekik histeris.

PERSETAN DENGAN KEJUJURAN !

Sofia ingat semuanya. Janin itu.. Aborsi itu..

Lalu ia mulai tertawa.

 Tawa yang mengerikan di tengah malam buta.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline