Lihat ke Halaman Asli

Lnura

Eccedentesiast.

Cubluk

Diperbarui: 18 Februari 2024   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Koleksi pribadi

Brakk.

Bunyi pintu papan dibanting oleh simbok membuat rumah kayu ini terasa bergoyang. Aku yang ketakutan hanya terdiam di balik kursi kayu yang hampir roboh.

Byurrr.

Bunyi air dibuang terdengar kemudian. Apa yang dilakukan simbok kali ini?.

Aku memberanikan diri mengintip lewat celah gedek yang sudah mulai bolong. Kulihat simbok membuang air dari dalam panci yang baru saja diangkatnya dari tungku. Aku tahu kenapa simbok melakukan itu. Simbok tidak ingin melayani bapak membuatkan kopi untuknya.

"Tidak usah pulang sekalian!" teriak simbok dari arah dapur.

"Kamu lebih memilih teman-temanmu dibanding kami ini." Simbok melanjutkan omelannya.

"Sudahlah, Nah. Malu didengar anak-anak," bela bapak.

"Apa? Malu? Kamu masih punya urat malu di depan anak-anakmu?" suara simbok semakin meninggi.

"Aku pikir urat malumu sudah putus," ucap simbok lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline