Lihat ke Halaman Asli

Lnura

Eccedentesiast.

Pohoh-Pohon yang Bisu

Diperbarui: 5 Desember 2021   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan kali ini tidak bersahabat. Dia menggugurkan banyak daun menembus derasnya air yang menyentuh tanah dan bebatuan di sepanjang jalan yang kupijaki tadi.  Pohon-pohon dengan dahan yang bergoyang hebat didera angin dan air yang jatuh menggigilkan tubuh-tubuh yang bersembunyi dirimbunnya daun yang tak pelak mulai meneteskan setitik demi setitik.

"Dingin?" tanyanya.

"Sedikit" jawabku.

Tangannya mulai melingkari pinggangku. Sedang yang satu menggenggam jemari yang mulai membeku. Pada hujan, kita menautkan jari menghadirkan kehangatan yang semu.

"Lihat mereka berdua," bisik selembar daun yang hampir jatuh pada ranting tempatnya melekat.

"Biarkan saja," jawab daun yang lain.

"Mereka sedang dimabuk asmara," jawab daun yang lainnya.

"Tapi sungguh kasihan mereka," kata ranting menimpali daun-daun yang masih membisikkan tentang dua orang yang menggigil di bawah pohon.

Daun-daun itu tetap berbisik. Bisikan yang kudengar dalam desau air yang menghujam hatiku.

            "Masih dingin?" tanyanya lagi.

            "Masih," kujawab singkat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline