Aku terlahir dan besar di tanah Betawi serta mempunyai darah Betawi. Tapi selama ini, belum tahu kalau Betawi juga punya Batik. Memang Batik Betawi tidak familiar, tidak seperti batik-batik dari Cirebon, Madura, Pekalongan dan Solo. Di kota-kota itu batik sudah menjadi industri besar.
Alhamdulillah, pada hari Minggu (8/12) aku bersama ladiesiana berkesempatan mengunjungi Batik Betawi Terogong yang berada di Jl. Terogong III Cilandak Barat, Cilandak - Jakarta Selatan. Ketika aku tiba disana sebuah spanduk bertuliskan 'Batik Betawi Terogong' sudah terlihat. Dengan slogan "Tinggal di Betawi, kudu pake Batik Betawi."
Di sini juga terdapat gazebo mini dengan perlengkapan untuk membatik seperti canting, lilin malam yang sedang dipanaskan oleh mpo-mpo (baca: kakak), beberapa batik yang di gerai serta dinding yang dihiasi foto-foto kegiatan dan kunjungan beberapa orang ternama.
Lebih kurang pukul 10.00wib teman-teman ladiesiana sudah berkumpul ditempat ini, waktunya mpo Siti Laela selaku founder dan owner menjelaskan tentang Batik Betawi Terogong. Mpo Siti Laela memaparkan bahwa sebenarnya dulu ibu-ibu yang tinggal di Terogong ini adalah pembatik, mereka membatik di sela-sela waktu senggangnya mengurus sawah dan kebun.
"Pada zaman saya kecil kegiatan membatik masih banyak disini, Kegiatan ini menghilang perlahan-lahan," kenang mpo Siti Laela yang sehari-hari berprofesi sebagai guru disebuah SMK di Jakarta Selatan. Kenangan masa kecil dan keinginan melestarikan Batik Betawi membuat mpo Siti Laela memulai kegiatannya di Batik Betawi Terogong. Bersama keluarganya, beliau mulai memproduksi dan mengembangkan Batik Betawi.
Awalnya sulit untuk mengajak orang lain ikut membatik, "Katanya membatik itu pekerjaan yang kuno. Padahal lewat batik ini kita bisa lestarikan budaya Betawi" ungkap mpo Siti Laela. Kegigihannya memberi semangat kepada kerabat dan tetangga membuahkan hasil. Batik Betawi Terogong mulai dilirik pembeli dan wisatawan mancanegara. Sampai-sampai wisatawan asal Jepang pun pernah datang dan belajar membatik di sana.
Berkat bantuan ibu Cassandra Putranto yang dikenal sebagai seorang psikolog mpo Siti Laela mendapat dukungan dan semangat. Mpo Siti Laela bertekad untuk terus berinovasi agar batik Betawi tidak dilihat sebagai sesuatu yang kuno. Penggunaan motif dan warna yang cerah, diharapkan bisa membuat anak muda tertarik memakai Batik Betawi.
Dengan motif yang di ambil dari kebudayaan Betawi, motif-motif tradisional yang menjadi ikon budaya Jakarta, seperti ; Ondel-ondel, Penari Yapong, Patung Pancoran dan Tugu Monas. Selain itu juga ada motif yang terkait dengan kehidupan harian warga Betawi seperti semanggi, buah mengkudu, perdu kuku (pacar kuku) dan masih banyak motif lainnya.
Ada hal unik yang aku ingat tentang motif buah mengkudu/tebar mengkudu ini. Bahwasanya zaman dulu di Terogong banyak sekali pohon mengkudu yang banyak khasiatnya untuk kesehatan. Mpo Siti Laela membuat motif Tebar Mengkudu yang berarti Tekun dan Sabar Emang Kudu. Orang Betawi yang terus tersingkir ke pinggiran ini harus tetap tegar dan sabar. Dan sekarang akupun tersingkir kepinggiran Jakarta.