Lihat ke Halaman Asli

Sam Legowo

Jurnalis

Menjalankan Hidup Tak Perlu Ambisi, Tapi Butuh Tujuan

Diperbarui: 8 Februari 2025   15:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muhammad Yasin (Dok.Pri)

Kompasiana -- Hidup, seringkali digambarkan sebagai perjalanan panjang dan penuh misteri,  bagaikan pelayaran di samudra luas yang terkadang tenang, terkadang dihantam badai.  

Banyak yang percaya bahwa kunci "kesuksesan" terletak pada ambisi yang besar,  dorongan tak kenal lelah untuk mencapai prestasi, dan  lomba tanpa henti menuju puncak. Namun, benarkah ambisi adalah satu-satunya jalan menuju kebahagiaan?  Pandangan ini, menurut banyak ahli dan filsuf, terlalu menyederhanakan kompleksitas kehidupan manusia.
 
"Ambisi, jika dipahami secara sempit,  bisa menjadi bumerang," ungkap Muhammad Yasin, warga wendit, Pakis Kabupaten Malang, seorang pandai besi berpengalaman yang telah menghabiskan puluhan tahun mengasah keterampilannya.  

"Ia dapat memicu persaingan yang tidak sehat, tekanan yang luar biasa, dan pengorbanan yang tak terukur. Kita bisa terjebak dalam siklus yang tak berujung:  bekerja keras untuk mencapai satu tujuan, lalu menetapkan tujuan lain yang lebih tinggi, tanpa pernah merasa cukup."  Yasin menambahkan bahwa siklus ini, tanpa kesadaran diri dan nilai-nilai hidup yang kuat,  dapat menguras energi dan merusak kesehatan mental.
 
Pandangan Yasin sejalan dengan banyak penelitian terkini di bidang psikologi positif.  

Studi menunjukkan bahwa mengejar ambisi tanpa batas seringkali berujung pada ketidakpuasan dan stres kronis.

Meskipun pencapaian material mungkin terwujud,  kebahagiaan sejati seringkali luput dari genggaman.

Ini karena kebahagiaan bukan sekadar hasil dari pencapaian eksternal, melainkan juga berasal dari kepuasan internal,  rasa tujuan, dan koneksi sosial yang kuat.
 
Berbeda dengan ambisi yang terkadang membutakan,  tujuan hidup berfungsi sebagai kompas yang memandu perjalanan kita.  

Tujuan ini memberikan arah dan makna pada setiap langkah,  mengarahkan energi kita ke hal-hal yang benar-benar bermakna bagi kita.  

Tujuan hidup bisa beragam,  mulai dari hal-hal sederhana seperti membangun keluarga yang harmonis,  berkontribusi pada masyarakat, hingga mencapai prestasi di bidang tertentu.  Yang terpenting, tujuan tersebut harus selaras dengan nilai-nilai dan kepribadian kita.
 
Contohnya, seorang seniman yang hanya mengejar ketenaran dan kekayaan mungkin akan terjebak menciptakan karya-karya yang hanya bertujuan untuk memuaskan selera pasar.

 Hasilnya, karya-karyanya mungkin sukses secara komersial, tetapi hampa makna dan kepuasan batin.  

Sebaliknya, seniman yang memiliki tujuan untuk mengekspresikan dirinya melalui karya seni akan menemukan kepuasan dan kebahagiaan dalam proses kreatifnya,  terlepas dari kesuksesan komersialnya.
 
Hal serupa juga berlaku bagi seorang pengusaha.  Pengusaha yang hanya terobsesi dengan keuntungan finansial mungkin akan mengabaikan etika bisnis dan kesejahteraan karyawannya.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline