Jakarta.. Sumber http://mirrorforest.blogspot.com/2012/08/hotel-jakarta-di-bundaran-hi.html Sebagai ibukota negara, Jakarta mendapatkan status sama atau setingkat dengan Provinsi. Selain sebagai pusat pusat pemerintahan, Jakarta juga merupakan pusat bisnis dan keuangan. Sejak ditetapkan sebagai ibukota negara, jumlah penduduk Jakarta mengalami lonjakan; hal ini disebabkan banyaknya kantor pemerintah dan pusat2 bisnis di kota ini, yang mana sudah pasti kebutuhan tenaga kerjanya juga tinggi, dan itu tidak dapat diperoleh seluruhnya dari penduduk yang bermukim di Jakarta. Jakarta bagaikan cahaya lampu yang menarik laron-laron untuk mendekati dan mengerumuninya. Karena gemerlapnya banyak sekali pendatang dari luar Jakarta dan dari pulau2 lain untuk mengadu nasib mencari lapangan pekerjaan di kota ini. bagi sebagian orang, Jakarta adalah kota yang kejam sekejam ibu tiri..sehingga terciptalah lagu yang memiliki lirik " siapa suruh datang Jakarta ". Tetapi tidak dipungkiri juga, Jakarta adalah tempat dimana begitu gampangnya mencari uang (secara halal). Mengapa saya bilang gampang?? karena saya sudah mengalaminya sendiri. Satu hal yang perlu dimiliki para pendatang yang berniat mengadu nasib di kota Jakarta adalah" jiwa berjuang dan pantang menyerah ". Beberapa contoh nyata keberhasilan yang teman-teman saya dan saya pribadi dapatkan. Seorang teman saya datang ke Jakarta tanpa keahlian apapun, dia sudah mencari kerja serabutan kesana-kemari tapi tdk diterima. Akhirnya karena keuangan dikantong sdh semakin menipis, dia pergi ke pangkalan Kopaja. Hasilnya?? ada Kopaja yg keneknya sedang berhalangan sakit, dia diminta untuk menggantikan. Begitu terus hari demi hari, sampai suatu hari dia menjadi kondektur tetap Kopaja P 20 jurusan L. Bulus-Senen. Sambil bekerja sebagai kondektur, dia mengamati dan melihat bahwa para supir dan kenek angkutan butuh minuman panas di pagi hari, air mineral di siang hari dan kopi di sore hari. Lalu dengan modal seadanya dia banting setir menjadi penyedia minuman-minuman itu. Pada pukul 4 pagi dia bangun, memasak air dan menyiapkan kopi, kopi susu dan teh manis panas dikantong2 plastik. Pukul 5 pagi dia sudah berdiri didepan halte Cilandak 2 menawarkan dagangannya. Karena kegigihannya sekarang dia sudah memiliki karyawan, usahanya jg sudah semakin maju..dia juga menyediakan kebutuhan pokok bagi supir dan kenek Kopaja dgn sistem bayar setiap lewat setor beberapa ribu. Anda bisa menemui teman saya itu mangkal didepan SDN 01 Ragunan. Pengalaman teman saya lainnya, awalnya hampir sama dgn teman saya yg pertama. Karena tdk juga mendapat pekerjaan, dia mangkal didepan kantor Komdak Jak-Sel. Pada jam-istirahat banyak anggota polisi yang makan dan nongkrong di warung ataupun sekitaran kantor. teman saya mencari-cari orang satu daerah dengannya. Kemudian membuka percakapan dengan obrolan ringan tentang kampung halaman. Setelah beberapa saat teman saya mencari tahu bagaimana caranya perpanjang SIM dan STNK, apa saja syaratnya dsbnya, dan tidak ketinggalan kebagian apa dan bertemu dengan siapa. Singkat cerita mulailah dia menawarkan perpanjangan SIM dan STNK kepada orang2 disekitarnya, dan juga teman-temannya yg ada di Jakarta ini. Untuk motor 35 ribu, mobil 50 ribu. Dari pekerjaan ini teman saya bisa membeli rumah lo.. Pengalaman saya pribadi, sekitar awal tahun 1996 saya bekerja sebagai resepsionis di suatu perusahaan swasta di bilangan Ancol. Awal masuk kerja gaji saya sekitar 400 ribuan. tempat tinggal saya di Cilandak, kebayang jauhnya. Setiap pagi saya naik Kopaja P 20 sampai di Gambir, dihalte sekitaran Gambir saya menunggu jemputan kantor. Di kantor ada 3 orang resepsionisnya, yang 1 bernama mbak Budi, yang seorang lagi mbak Vina. Kantor kami jauh dari mana-mana. Kalau ingin cemilan atau sesuatu, kita harus membawa sendiri. Melihat hal itu saya lalu mencoba berdagang kecil2an. awalnya saya hanya membawa kacang atom, dan beberapa makanan ringan lainnya. Cemilan-cemilan itu saya simpan di laci meja. Dalam 2 hari cemilan saya sudah habis. Kemudian saya bawa lagi, ditambah beberapa jenis lagi. Semakin lama permintaan teman-teman semakin bervariasi, dan mereka meminta mie instan dan kopi instan. Saya membeli tempat masak listrik dari stainless. Mulai hari itu setiap pagi aroma diruangan kami aroma mie instan dan kopi ;). Suatu hari kepala personalia kantor datang keruangan kami dan bertanya bau apa yang memenuhi ruangan, saya takut sekali,, saya jelaskan dan beliau mengijinkan saya tetap berjualan karena membantu karyawan lainnya. Hasil dagangan saya lebih besar dari gaji saya hahahahaha. Dan yang terakhir pengalaman seorang ibu yang datang ke Jakarta sebagai asisten RT. Ibu ini pintar memasak. Suatu hari, dia mendengar didekat tempatnya bekerja akan dibangun perumahan yang lumayan besar. Disaat santainya, ibu ini mencari informasi ke lokasi yang akan dibangun. Saat pertama kali ketempat itu beliau tdk bertemu dgn pimpinan proyek. Akhirnya suatu kali ibu tsb bertemu. Lalu si ibu menawarkan diri untuk menyediakan makanan bagi pekerja di proyek itu, kebetulan belum ada yg mengajukan hal itu pimpinan proyek menyetujuinya. Setelah mendapat kepastian si ibu meminta ijin kepada majikannya untuk keluar, dan dengan tabungannya hasil gajinya beberapa tahun bekerja si ibu memulai usaha sendiri. Proyek perumahan itu sendiri berjalan 3 tahunan. Setelah proyek selesai si ibu membuka warung makanan hingga sekarang. Itulah beberapa pengalaman dari orang-orang yang mencoba mengadu nasib di kota Jakarta. Kita hanya tinggal mengamati dan mencari peluang apa yang bisa kita manfaatkan. Yang penting ada kemauan dan tidak malu serta malas. Kerjakanlah apa yang dapat kamu kerjakan dengan tekun, jujur dan sabar. Berkatnya akan kamu peroleh..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H