Awal tahun 2020, dunia dilanda oleh wabah virus yaitu COVID-19 (Corona Virus Disease). Corona virus sendiri merupakan sekumpulan virus yang berasal dari subfamili Orthocronavirinae dalam keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales (Yunus & Rezki, 2020). Corona virus disease 2019 (COVID-19) mula berasal dari Wuhan, Tiongkok. Berdasarkan data WHO pada tahun 2020 sudah dipastikan terdapat 65 negara yang telah terjangkit virus. Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena imbasnya daripada wabah ini.
Wabah COVID-19 yang terjadi di Indonesia telah menimbulkan banyak dampak negatif di berbagai aspek, baik dari aspek kesehatan, sosial, pendidikan, sampai ekonomi. Wabah COVID-19 belum juga usai sampai saat ini, melainkan kasus COVID-19 bertambah melonjok tinggi di tahun 2021 karena adanya virus varian baru dari India yaitu COVID-19 varian Delta atau B1617.2. Peneliti menemukan dari 19.543 kasus positif, terdapat 7.723 kasus yang disebabkan oleh Corona varian delta. Menurut ahli kesehatan publik Profesor Chris Robertson dari University of Strathclyde mengatakan ini artinya varian delta bisa memiliki risiko menyebabkan hospitalisasi sampai dua kali lipat. Hal ini membuat masyarakat semakin resah, sehingga berakibat pada penurunan sistem imun terhadap virus atau bakteri. Pasalnya, sistem imun berperan penting bagi tubuh di kala pandemi COVID-19 terkhusus pada seseorang yang memiliki penyakit penyerta. Menurut Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan penyakit penyerta dapat membuat sistem imun seseorang menjadi kurang baik, menyebabkan mereka mudah menderita komplikasi penyakit, serta penyakit ini tidak menyerang seseorang berdasarkan usia tetapi kekebalan tubuh individu.
Menurut Fox (2008), sistem imun mencakupi semua struktur dan proses yang menyediakan pertahanan tubuh untuk melawan bibit penyakit. Sistem imun sendiri di kelompokkan menjadi dua jenis yaitu; sistem imun alami (innate) bersifat non-spesifik dan sistem imun adaptif bersifat spesifik. Sistem imun alami terjadi ketika kita terpapar secara langsung dan mengalami respon alami yang mampu mempertahankan tubuh dari zat asing sehingga tidak menderita sakit, sebaliknya sistem imun adaptif tidak mampu mempertahankan tubuh dari zat asing sehingga menderita sakit. Permasalahan tersebut diperlukan upaya dalam meningkatkan sistem imun di era pandemi COVID-19 dengan program High-Intensity Interval Training (HIIT) sebagai upaya meningkatkan sistem imun. Semakin kuat sistem imun terhadap suatu penyakit, semakin sulit penyakit tersebut menyebar dalam tubuh.
A. High-Intensity Interval Training (HIIT)
Menurut John C (2013) dan Andika Ridwan Nugraha (2017: 6) Latihan intensitas interval tinggi atau high intensity interval training (HIIT) didefinisikan sebagai latihan yang terdiri dari beberapa siklus dalam durasi yang pendek atau sedang dan intensitas yang tinggi, serta tiap bagian dibatasi dengan istirahat berupa latihan intensitas ringan. Latihan ini menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi, intensitas rendah dan intensitas tinggi dengan program latihan yang sudah ditentukan. Pelatihan ini dilakukan dalam selang waktu tertentu yang dapat memacu kerja jantung dengan lebih keras sehingga dapat meningkatkan konsumsi (Kravitz, 2014). Latihan HIIT sama efektifnya dengan metode latihan circuit training karena memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan VO2 Maksimal.
Menurut pakar fisiologi Born et al, HIIT tidak menyebabkan penurunan fungsi sistem imun jika dibandingkan dengan latihan berlari lambat dengan jarak tempuh jauh (70%-75% maksimal denyut jantung), justru menunjukan adaptasi fungsional oleh sistem imun. Latihan HIIT memiliki pengaruh terhadap tubuh, hormon, level laktat, glukosa, sistem saraf otonom, terutama tekanan darah. Latihan HIIT meningkatkan metabolisme dan pembakaran lemak dalam tubuh. Selain itu, latihan HIIT juga meningkatkan konsumsi daya tahan yang baik, karena HIIT bekerja dengan memacu kerja jantung lebih keras, sehingga oksigen dalam tubuh ikut meningkat, apalagi dalam situasi pandemi COVID-19 sangat diperlukan daya tahan tubuh yang kuat dan sehat.
Menurut dr. Fajar Dwi Cahyo ada beberapa metode latihan dengan metode HIIT
yang dapat dilakukan, seperti :
1. Jalan kaki, ada dua metode yang harus dilakukan yaitu; dengan jalan cepat berdurasi 30 detik, setelah itu jalan santai 30 detik. Kedua metode tersebut dilakukan selama 30 menit dan diulang 4 kali dalam seminggu.
2. Joging, dengan dua metode yaitu; lari cepat selama 15 detik, kemudian joging selama 1-2 menit. Lakukan metode tersebut selama 10-20 menit.
3. Squat jump, lakukan squat jump selama 30-90 detik, setelah itu berjalan selama 25-30 detik. Lakukan secara berulang selama 10-20 menit.