Lihat ke Halaman Asli

Nia

pekerja lepas

Sosok yang Ku Panggil Ibu

Diperbarui: 12 Juli 2024   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sejak kecil, Ibu berkata bahwa perempuan adalah porosnya dalam rumah tangga. Jika ayah adalah kepala rumah tangga, maka Ibu adalah lehernya. Perempuan pemberani itu juga mengatakan untuk tidak takut melawan jika ada sesuatu yang salah. Jangan takut ditinggal hanya karna kamu merasa tak bisa hidup tanpanya. Pria tak seberarti itu jika dia berbuat salah. 

Seiring berjalannya waktu, Ibu tidak konsisen dengan perkataannya. Sepanjang aku hidup. Ibu memang tak pernah diam, selalu ada kalimat kasar yang keluar untukku atau Ayah. Ntah itu karna kesalahan kecil yangmerembet pada kami berdua. Pokoknya jika salah satu berbuat kesalahan. Maka, kami akan menjadi satu paket yang terkena sasaran Ibu. Kukira itu hal biasa. Hal lumrah yang dilakukan Ibu-Ibu di luaran sana. Bukankah rumah tidak tampak baik-baik saja kalo Ibu tidak mengomel?. Aku salah! lagi-lagi aku salah.

Kata kasar itu bahkan membayangiku. Orang bilang tidak boleh memarahi atau menegur orang lain saat makan. Tapi ibu melakukannya. Orang Bilang jangan memarahi anak didepan umum. Tapi Ibu melakukannya, bahkan tak segan memaki. Kata orang, pamali jika marah-marah di pagi hari, dan Ibu melakukannya. Hampir setiap pagi kalimat makian adalah hal pertama yang kudengar ketika membuka mata. 

Sedewasa ini, hmm maksudku sampai umurku 18 tahun. Aku menjadi biasa. Awalnya jika mood ku tidak baik, mungkin aku merasa sakit hati. Aku ingin mengamuk dan memberi penjelasan. tapi semakin kesini. rasanya penjelasan itu tidak ada gunannya. Bahkan, terkadang aku heran. Pantaskah aku disumpahi hanya karna masalah sepele yang bahkan aku saja tidak tahu dimana letaknya. Perkataan itu seakan-akan membuat aku anak paling tidak tau diri dan durhaka. Berkata seakan malu memiliki anak sepertiku. Saat itu tercetus bahkan disaat mood ku lagi paling buruk, di benakku "Bukankah aku yang tidak punya pilihan memilih orangtuaku. Itu keputusan kalian ketika memiliki anak, Kenapa justru aku yang salah?"

Kukira semua itu akan dialami setiap anak. jadi itu adalah hal biasa. Ternyata hanya aku, Hahaha lucu! 

Ibu juga berbohong dengan semua ajarannya tentang wanita padaku. Ibu tidak pernah pergi. Apapun kesalahan yang kami lakukan. Ibu tidak pernah pergi. dan aku bersyukur untuk itu.  Amat sangat Bersyukur 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline