Lihat ke Halaman Asli

Jejak di Pasir

Diperbarui: 21 November 2024   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya berjalan menyusuri pantai sepi, kaki telanjang menyentuh pasir yang lembut. Ombak kecil menghantam bibir pantai, seolah menyambut langkah saya yang lamban. Pagi itu, langit biru cerah, tetapi hati saya merasa begitu berat. Sejak beberapa bulan terakhir, saya merasa seolah ke hidup terhenti. Kerjaan di kota tidak lagi memberikan kebahagiaan, dan hubungan dengan kekasih saya pun mulai retak.

Di sepanjang pantai, saya menemukan beberapa jejak kaki di pasir. Jejak yang ditinggalkan seseorang yang berjalan sebelum diri saya . Jejak itu samar, tersapu oleh ombak, tetapi masih bisa dilihat. Saya duduk, memandangi jejak tersebut, berpikir tentang hidupnya yang kini terasa hilang arah.

"Jejak di pasir memang akan hilang," gumam saya "tapi perjalanan tetap ada, meski tak terlihat."

Saya kemudian berdiri, menarik napas panjang. Saya tahu bahwa seperti jejak di pasir, segala masalah yang dirasakannya juga akan berlalu. Yang terpenting adalah tetap melangkah, meskipun tidak tahu apa yang menunggu di depan. Dengan tekad baru, saya meninggalkan jejaknya sendiri di pasir, yakin bahwa suatu saat jejak itu akan meninggalkan kenangan indah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline