Ya, akhirnya.
Penguasa Tunggal jagat raya ini menganugerahkanku nyawa nan murni serta daya hakiki untuk berkeluh kesah. Ya, kau tak salah baca. Dia mengaruniakanku kuasa wicara atas segala rasa nan membuncah ini, menumpuk, secuil demi secuil, dalam dekapan waktu yang seolah tak peduli, jauh dan dingin.
Hingga, kini ia terejawantah dalam untaian kata, bertali-tali, yang entah di mana ujungnya. Mengalir dari pusat diri ini. Kesejatian dari upaya giat tiada tara, yang tak jarang kau pandang sebelah mata.
Ya, kini aku merasa sedikit lega. Aku sudah curahkan sepersekian dari ketidaknyamananku, kepadamu...
---
Oh, yang benar saja, hapus tujuh belas kerutan di dahimu itu!
Cih, aku jijik. Entah kau pura-pura, ataukah engkau memang senaif itu.
Hah, saat ini aku tak acuh.
---
Terima kasih, wahai Tuhan, Engkau telah berkenan menaklukkan ruang-waktu dan seluruh unsur alam serta panca indra, agar aku yang papa ini, berwujud, langsung di benak manusiaku. Rasa syukur dan pujianku setinggi angkasa, sedalam samudra, tertuju pada-Mu.
---