"Tolong segera keluar dari sini, sebentar lagi polisi akan datang. Bawa anak-anaknya," suara seorang laki-laki sambil memidiokan ibu-ibu pencoblos surat suara dan memegang kabel merah.
itu cuplikan salah satu video yang beredar di media sosial Kamis siang terkait viral surat suara tercoblos di Malasya. Siapa laki-laki itu, yang menyuruh ibu-ibu pencoblos pergi sebelum polisi datang, terjawab di video berikutnya.
Sampai di sini, otak saya protes. "Kok, menggrebek kejahatan, ada pelakunya tapi disuruh pergi." Saya pakai logika sederhana saja, tidak berpikir njelimet kok.
Di video berikutnya, laki-laki dengan kabel merah masih di tangan bicara, berarti dialah yang membuat video pertama dan menyuruh ibu pencoblos pergi. Dia seperti seorang reporter sedang melaporkan peristiwa di lapangan pada sebuah televisi, wajahnya ditampilkan utuh sehingga dia adalah kunci.
Dia bilang,
Ups, bsok saya lanjutkan ya, ngantuk...
Pagi uda segar, saya lanjutkan...
Si bapak bilang menggrebek tapi kok santun sekali ya. Ibu-ibu yang melakukan kejahatan mencoblos surat surat disuruh pergi karena sebentar lagi polisi datang. Mungkin si bapak memang baik hati dan sangat lembut hatinya. Tidak tega meligat ibu-ibu itu dicokok polisi.
Atau, pengalaman dia selama ini mengajarkan begitu. Kalau ada maling ke gap masuk ke rumahnya, dia akan hilang tolong keluar sebentar lagi polisi datang.
Baiklah...
Nalar saya bilang banyak kejanggalan dalam kasus ini. Ketua Panwaslu Malaysia, seorang perempuan berhijab ketika diwawancarai sebuah televisi bilang pelakunya kabur, nah videonya menunjukkan mereka tenang-tenang saja, malah di suruh pergi.