Lihat ke Halaman Asli

Elisius Udit

Pengejar Waktu

Tugas Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Tentang Coaching untuk Supervisi Akademik

Diperbarui: 30 Maret 2023   00:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

ELISIUS UDIT

SMK STELLA MARIS LABUAN BAJO

CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 7

KABUPATEN MANGGARAI BARAT

TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3 TENTANG COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

            Salam dan bahagia. 

   Sungguh sangat menggembirakan mengalami proses pembelajaran dalam pendidikan calon guru penggerak ini. Kali ini dengan materi yang sangat luar biasa yakni coaching untuk supervis akademik. Sebagai seorang calon guru penggerak, ketika mengeksplorasi materi ini, muncul pertanyaan dalam benak saya, "Apakah karena saya calon guru penggerak maka saya harus mempelajari materi ini? Ataukah semua guru semestinya mempelajari materi ini? Saya sangat bersyukur memperoleh kesempatan khusus mempelajari materi ini dalam proses pendidikan calon guru penggerak ini karena dengan mempelajari materi ini saya dapat mengetahui apa itu coaching dan mengapa harus dipelajari oleh seorang guru (penggerak).

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation mendefinisikan  coaching sebagai"...bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif."

Proses coaching menggunakan pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah coaching sebagaimana diungkapak Whitmore (2003) bahwa coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.

Paradigma berpikir coaching terdiri dari empat hal yakni fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan mampu melihat peluang baru dan masa depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline