Lihat ke Halaman Asli

Pohon Kurma dan Camel, si Unta Kecil

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angin padang pasir berhembus perlahan di sebuah mata air. Benar-benar mendatangkan rasa kantuk pada seekor unta kecil yang bernama Camel. Ia pun berjalan ke arah sebuah pohon kurma. Camel terperanjat, ia mendengar suara....

" Hai, unta kecil yang cantik. Kamu tidak bermain dengan teman-temanmu ?"

"Oh ! kamu siapa ?" Camel melihat ke sekelilingnya.

" Aku pohon kurma di dekatmu ini ?"

" Saya kira siapa. Teman-temanku di sebelah sana bersama ibu dan ayah mereka. Ayah Ibuku memperbolehkan aku bermain disini. Nanti teman-teman juga akan datang kesini. Apakah saya boleh tiduran disini sambil menunggu teman-temanku?" Kata Camel.

" Boleh saja, Camel yang cantik. Sebelum tidur maukah kamu mendengarkan cerita dariku ?"

" Mau sekali. Tentang apa ?"

" Tentang  padang pasir tempat kita tinggal ini tapi pada zaman dahulu...Cerita ini aku dengar dari Ibuku dan Ibuku mendengarnya dari nenek dan seterusnya. Maukah kau mendengarnya, Camel..?" Suara pohon kurma itu lembut sekali.

"Baiklah, saya sambil memejamkan mata, ya..?"

"Boleh. Begini ceritanya...dengarkan baik-baik. padang pasir ini dahuluuuu kala ditinggali oleh orang-orang yang gemar sekali berperang. Mereka berperilaku buruk. Jika ayahnya meninggal saat berperang maka anak laki-laki boleh menikahi ibunya. lalu karena mereka gemar berperang, maka mereka tidak suka kalau mempunyai anak perempuan. Anak perempuan atau bayi perempuan kadang mereka kubur hidup-hidup..."

" Aku tidak suka peperangan. Aku juga tidak suka bermusuhan dengan teman-temanku."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline