Inilah yang kadang saya tidak menyukainya, menonton pementasan (apapun) lalu saya benar-benar ingin terlibat di dalamnya jika yang saya tonton itu benar-benar dapat menggugah jiwa saya dan terlihat sangat menarik, meski saya akui sangat menarik itu bersifat subyektif . Hal ini terulang lagi saat saya menonton lomba menari guru taman kanak-kanak tingkat provinsi yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah.
Waktu memasuki ruangan saya benar-benar merasa "hidup" melihat kostum para penari yang berwarna-warni. Menurut sumber yang mempelajari seni secara formal, warna kostum penari untuk kreasi tari murid taman kanak-kanak minimal terdiri dari 3 warna. Jadi, ruangan begitu meriah.....dan saya benar-benar "mabuk". Kalau saya tidak ingat bahwa umur saya sudah lebih dari kepala tiga, wowww....jangan tanya, setiap ada yang maju pentas saya pasti akan mengikuti setiap gerakan para penari di panggung seperti saat saya masih kanak-kanak dulu (heheee....)
Peserta demi peserta menampilkan karya terbaik tari mereka. Saat peserta menampilkan tari kreasi lagu Ilir-Ilir lagu trademark Walisongo, saya benar-benar menikmatinya apalagi lagunya demikian mendayu-dayu dan sarat makna. Hingga tampillah peserta terakhir yang tidak saya ketahui mereka berasal dari kabupaten mana.Mereka menampilkan kreasi tari dari lagu "Hujan" yang dinyanyikan oleh Tasya si Anak Gembala. Ya, Tuhan....Lagu bagus dan koreografinya indah sekali. Para penari seakan-akan melompat-lompat bak seekor merpati. Inilah penampilan yang paling sempurna menurut saya, hanya saya tidak tahu apakah tari "Hujan" itu yang mendapat juara 1 atau tidak namun bagi saya itulah karya tepat untuk murid taman kanak-kanak.
Inilah foto-foto mereka si penari "Hujan"
Foto-foto: dokumentasi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H