Lihat ke Halaman Asli

Sujiwo Tejo di Sang Pencerah!

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya mengenal Sujiwo Tejo memang hanya melalui karya-karyanya itupun hanya pada dua album pertamanya yaitu Pada Suatu Ketika dan Pada Sebuah Ranjang. Tidak sengaja.....Cuma saat saya mengatakan pada salah seorang teman bahwa saya merasa penasaran dengan penyanyi di televisi yang menyanyikan lagu Titi Kala Mangsa (Pada Suatu Ketika) ternyata justru teman saya itu tahu di studio radio mana saya bisa mendapatkan kaset album tersebut karena album tersebut  dijual secara terbatas pada waktu itu. Saya pun diantarnya ke studio radio tersebut untuk membelinya. "Mbak dari jurusan sastra, ya...?" Tanya Mbak yang melayani kami. Saya hanya tersenyum saja mendengar pertanyaan Mbak itu karena saya kuliah di jurusan Ilmu Hubungan Internasional. Lagi pula apakah hanya mahasiswa jurusan sastra saja yang boleh menikmati karya Sujiwo Tejo ? Kan tidak begitu....

Beberapa teman memang melihat saya ganjil karena saya menyukai seniman ini. Cover album bergambar sosok Sujiwo Tejo berambut gondrong tidak terurus makin menambah mistik lagu-lagunya yang lebih terdengar sebagai sebuah mantra. Hanya saja saya melihatnya dari sisi lain. Ia menginginkan persamaan gender. Hal yang juga sangat saya inginkan. Apakah di dalam budaya Jawa tidak ada persamaan hak perempuan dan laki-laki ? Saya jawab ada. Mau bukti? Setidaknya saya yang terlahir dari suku Jawa tidak bersikap demikian dan lagu-lagu dari Sujiwo Tejo juga  telah menunjukkan itu.

Lagu favorit saya pada album Pada Suatu Ketika adalah Anyam-Anyaman Nyaman. Selain video clipnya OK banget sampai masuk nominasi MTV Asia, lagu ini juga yang mempertemukan saya dengan orang yang spesial saat saya menyanyikan lagu ini untuk tes olah vokal (he hee...) dan saya pun langsung "difitnah" menguasai teori-teori musik yang lain. Padahal saya tidak mengetahuinya sama sekali. Saya menyukainya karena saya suka. Itu saja! Bukan karena saya tahu.Saya mengetahui teori musik hanya dalam mata pelajaran Seni Musik di sekolah. Itupun hanya teori, sehingga saya tidak menguasai instrumen apapun kecuali alat musik rebana karena sejak Sekolah Dasar sampai SLTA saya belajar di sekolah dibawah naungan Departemen Agama. Saya juga pernah dituduh bisa memainkan alat musik sitar hanya karena saya menyukai gambar Saraswati membawa alat musik tersebut. Padahal sebenarnya gambar itu mengingatkan saya pada gambar di buku cerita berjudul Prem dan Dewi Saraswati pada saat saya masih kecil dulu. Tidak lebih.

Pada album kedua Sujiwo Tejo saya lebih menikmati lagu Gorong-Gorong. Bunyi instrumen disitu meriah sekali dan sambung menyambung seperti menggedor-gedor hati saya lalu disusul suara lembut penyanyi latar. Indah sekali ! Memang disitu juga ada Anyam-Anyaman Nyaman II, tapi maaf saya lebih memilih Gorong-Gorong untuk jadi favorite saya. Sayang sekali saya kemudian tidak terlalu mengikuti karya-karya Sujiwo Tejo lagi.

Oh ya, disebabkan karena saya menyukai karya-karya Sujiwo Tejo ini, saya pernah diberi gambar spesial oleh Bapak dari Harian Kompas yang istrinya adalah teman saya. Pak Mulya dan Bu Novi dari Solo, terima kasih sekali....Karena menyukai lagu-lagu Sujiwo Tejo juga saya pernah mendapat cemoohan, " Ternyata selera Bu Aini untuk masalah pria serendah itu ya....."(huhh, dia menyangka saya mencintai Sujiwo Tejo secara pribadi. Lagi pula apa dia punya hak untuk berbicara seperti itu, ya...). Ada juga yang mengatakan," Itu lagu apa, sih ! Lebih bagus lagu-lagu Sherina,musik klasik, dan yang berbau orkestra !!! (hehehe...yang berbicara itu tidak tahu kalau saat sendiri kadang saya sangat menikmati musik milik Schubert dan Mozart.Dia juga tidak tahu kalau saya juga menyukai musik dan lagu-lagunya Sherina seperti halnya dia namun saya tidak pernah menjelekkan selera bermusik orang lain !)

Menjelang pemilihan umum tahun-tahun kemarin memang beberapa televisi menampilkan sosok Sujiwo Tejo baik dalam posisi sebagai komentator maupun narasumber. Namun sungguh saya lebih menyukai Sujiwo Tejo sebagai seorang seniman panggung meski saya akui setiap orang berhak menentukan jalan hidupnya masing-masing. Dan pada hari ini, saya pun melihatnya lagi saat saya menonton film Sang Pencerah ! saya belum dapat mendeteksi bagaimana perasaan saya tentang keterlibatan Sujiwo Tejo karena sepertinya di dalam film ini yang menghidupkan suasana Jawa justru berasal dari suaranya. Ada pendapat lain ?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline