Lihat ke Halaman Asli

Pengurus dan Guru TK ABA Weleri, Kendal Menonton "Sang Pencerah". Beberapa Anak Ikut, Seru Lho!

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Film Sang pencerah memang telah menjadi magnet kedua bagi para pendidik di sekolah-sekolah Muhammadiyah untuk menontonnya setelah sebelumnya film Laskar Pelangi juga mendapat respons serupa. Dan pada hari Senin (27 September 2010) niat untuk menonton bareng akhirnya terlaksana. Berangkatlah 43 orang yang terdiri dari Ibu-ibu Majlis Dikdasmen Pimpinan Cabang dan Ibu-Ibu Guru TK ABA dengan Ibu Martiana Hastuti dari TK ABA 3 Weleri sebagai koordinator.

“ Ibu Guru yang hamil tidak dapat ikut namun ada yang menggantikan’. Kata Ustadzah Amy dari TK ABA 5 Weleri.

Acara menontonpun menjadi lebih seru dengan keikutsertaan para putra-putri beberapa Ibu Guru. Seperti Hani yang masih belajar di Kelompok TK Kecil, ia merasa penasaran dengan ukuran gambar yang besar di dalam gedung 21.

“ Wow, televisinya besar sekali. Itu beli dimana, ya ?” Tanyanya dengan wajah penuh rasa ingin tahu.

Sementara Muhammad Aunur Rais Yerussalem, Putra Ibu Isnatun, A.Ma dari TKABA I Weleri yang sekarang telah menjadi siswa SD Muhammadiyah Weleri tertawa terpingkal-pingkal ketika di layar terlihat adegan siswa Sekolah Belanda yang kentut setelah Kyai Ahmad Dahlan mengucapkan salam.

“Ha ha ha….Lucu ! Tapi itu tidak sopan.” Ujarnya.

Kurikulum Sekolah-Sekolah Muhammadiyah

Sejak awal berdirinya sekolah Muhammadiyah, kurikulum telah mengacu pada keberimbangan antara ilmu umum dan ilmu agama. Kyai Haji Ahmad Dahlan selain mengajarkan tentang amalan-amalan ibadah juga mengajarkan Bahasa Belanda yang pada saat itu masih dianggap sebagai bahasa orang kafir. Tidak hanya itu, fasilitas belajar seperti meja, kursi, kapur tulis, dan papan tulis pun masih dianggap sebagai barang hasil produksi orang-orang kafir oleh orang-orang Islam pada umumnya.

Faktor Guru

“ Kyai itu kakinya lebar karena tidak memakai sepatu dan…..Bau !” Kata salah seorang siswa sekolah Belanda. Apakah Kyai Haji Ahmad Dahlan demikian? Tidak. Beliau memasuki kelas dengan kaki memakai sepatu dan wangi. Seharusnya seperti itulah penampilan Guru agar dapat menarik perhatian siswa di kelas untuk belajar.

Sinopsis Film Sang Pencerah

Sepulang dari Mekah, Darwis muda (Ihsan Taroreh) yang berusia 21 tahun itu mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Dakwah (ajakan) Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) yang pertama kali adalah dengan mengubah arah kiblat di Masjid Besar Kauman yang membuat Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo) marah. KHA Dahlan pun kemudian mendirikan langgar/surau kidul tempat Ia sholat dan mengajarkan ilmu-ilmu agama pada murid-muridnya. Namun KHA  Dahlan dianggap sesat sehingga surau/langgar kidul Ahmad Dahlan dirobohkan.Strategi mulai dijalankan, Ahmad Dahlan menjadi guru agama Islam di sekolah Belanda dan membuka bekerja sama dengan Budi Utomo. Tidak bisa dihindari Ahmad Dahlan pun langsung dicap sebagai Kyai kafir sekaligus kyai kejawen. Apalagi kemudian juga mendirikan madrasah yang menempatkan  muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda.Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid murid setianya : Sudja (Giring Nidji), Muhammad Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adishwara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah pada tanggal 12 November 1912.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline