Nota bene: Konten disadur seperlunya dari buku "Discernment: Panduan Mengambil Keputusan" karangan Paul Suparno, Kanisius: 2009
Ada banyak segi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dalam perjalanan hidup. Baik itu berangkat dari hal sederhana semisal kapan harus bangun pagi hingga bernilai besar seperti memutuskan kapan menikah, dimana bekerja, usaha apa yang akan dibangun, dlsb.
Berperan sebagai pengambil keputusan bukanlah suatu tindakan yang mudah, dibutuhkan pengetahuan komprehensif dan kematangan psikologis.
Kebutuhan yang seharusnya dimiliki dan dilatih terus-menerus. Untuk ukuran bisnis misalnya, perusahaan-perusahaan yang akan membangun sebuah proyek diawali dengan proses Feasibility Study (FS).
FS merupakan studi kelayakan sebuah pesanan yang didasarkan pada rencana atau proyek yang diusulkan. Tujuannya untuk menilai apakah proyek ini layak, apakah sumber daya perusahaan memungkinkan untuk melanjutkan proyek tersebut hingga berbicara keuntungan atau return on investment (ROI).
Pentingnya kematangan pribadi dalam mengambil keputusan
Penulis akan mengawali dari pengertian discerment. Pengetahuan tentang discerment akan mengarahkan kita untuk matang dalam mengambil kepusan apapun dan kapan pun.
Secara etimologis kata discernment berasal dari kata Latin discernere, yang berarti memisahkan, membedakan dengan cermat satu objek dengan objek yang lain.
Boleh dikatakan, discernment itu diartikan sebagai proses di mana kita melihat atau meneliti secara saksama, apa yang membedakan hal yang satu dengan yang lain.
Dengan kemampuan untuk membedakan unsur-unsur itu secara mendalam, termasuk sifat baik dan buruknya, kualitasnya, kondisinya dan lain-lain, niscaya kita mampu mengambil keputusan mana yang ingin kita ambil.
Discernment biasanya dibedakan dalam dua macam, yaitu discernment pribadi dan discernment bersama atau communal discernment.