Sewaktu SMA, saya pernah belajar ilmu psikologi.
Pelajarannya sangat kaya, menarik dan pengampu pelajarannya fleksibel, asyik dan punya segudang cerita inspiratif.
Waktu itu yang paling kena di hati ialah tipe-tipe manusia seperti sanguinis, koleris, melankolis dan plegmatis, buah pemikiran Sigmund Freud.
Singkat cerita, saya kemudian melamar di sebuah perusahaan penerbitan.
Tak butuh waktu lama, saya cepat akrab dengan seorang gadis di bagian akunting dan keuangan.
Alasan kedekatan kami ialah untuk membahas seorang temannya yang membuat ginjalku ingin digadaikan, sanking sukanya.
Kami keasyikan cerita berhari-hari, curhat-curhat tentang kesukaan masing-masing, pokoknya meski baru kenal, kita itu ibarat dua buah kelapa yang berasal dari pohon yang sama.
Tujuannya hanya satu, bagaimana temannya bisa jatuh ke genggamanku.
Tapi beberapa hari kemudian dia berubah menjadi pendiam, bagaikan batu yang ada di pinggiran danau toba, indah ditatap, tapi sungkan diajak bicara.