Lihat ke Halaman Asli

UCARE INDONESIA

Lembaga yang mengelola dana ZISWAF dan dana kemanusiaan

Indahnya Hidup dalam Keberkahan

Diperbarui: 2 Desember 2022   11:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: freepik.com/wirestock 

FirmanNya: "Dan orang-orang saleh yang melakukan amalan-amalan saleh, maka mereka berada di dalam taman-taman surga, mereka memperbolehkan oleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhannya. Karena itu itu adalah karunia yang sangat besar. Itulah karunia, yang dengan itu Allah memberikan berita gembira kepada hamba-hambanya yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan saleh". (QS. Asy-Syura' [42]: 22-23)

 

Siapa yang ingin hidupnya penuh keindahan dan kebahagiaan? Maka carilah keberkahan.

Jika hidup kita berkah, semuanya akan terasa indah. Jika hidup kita berkah, semua beban akan terasa mudah. Berkah menjadikan hidup lebih memiliki makna; berkah membawa nikmat yang tiada terkira. Jika kehidupan kita berkah, semua kesulitan tidak akan pernah menjadi masalah. Sebab berkah membawa kita menikmati ibadah; merasakan sensasinya; cintai amalan-amalannya; menjadikan kita pribadi yang dekat dengan Allah 'Azza wa jalla. Keberkahan adalah nikmat teragung yang hanya Allah Subhanahu wa ta'ala berikan kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Ketika Allah ta'ala mencintai seorang hamba, Dia akan memberikan keberkahan dalam hidupnya. Nikmatnya membawa syukur; kesedihannya membawa sabar.

Hidup berkah. Ya. Hidup berkah. Berkah bukan sesuatu yang datang secara tiba-tiba dan tanpa usaha. Berkah bukan barang murahan yang bisa didapat di banyak tempat. Sebab berkah merupakan ganjaran teragung yang hanya diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala kepada kekasih-Nya; orang-orang yang benar-benar keimanan-Nya kepada Allah Azza wa jalla. Kita hanya makhluk-Nya yang tidak mengetahui selain ilmu-ilmu yang telah kita diberi kemudahan untuk memahaminya-Allah ta'ala anu-gerahkan. Sedangkan Dia-nya adalah Zat yang Maha Mengetahui. Inilah setutur agung yang disampaikan oleh Sang Maha pencipta kepada kita para hamba:

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, namun kebanyakan mereka mendustakan ayat-ayat kami, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya sendiri." (QS. Al-'Araf [7]: 96)

Inilah seruan agung itu. Sungguh, berkah merupakan anugrah terindah dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Dan hanya keimanan dan ketakwaan kepada Allah-lah yang menjadi sebab utama turunnya berkah. Jika hidup kita berkah, pribadi akan terus terdorong untuk berbenah. Ya, berbenah. Menata diri dalam memperbaiki kualitas ibadah kita kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.

Benar, sungguh, kunci terbaik untuk mendapatkan keberkahan adalah dengan beriman dan bertakwa kepada Allah Tabarakallahu wa ta'ala. Benar dalam keimanan, tak cacat dalam ketakwaan. Keimanan yang sebenarnya tidak cukup hanya kita yakini dalam hati bahwa tidak ada Tuhan selain Allah; mengikrarkan dengan lisannya tanpa dibuktikan dengan amal perbuatan. Merupakan kesempurnaan dan kebenaran iman jika ia-nya mencakup ketiga unsur pokok itu. Selaras dan sejalan. Seirama dan satu tujuan. Keyakinan di hati, pengucapan di lisan, dan pembuktian dalam amal perbuatan. Inilah iman yang sebenarnya.

Begitu juga dengan ketakwaan. Satu tingkat lebih tinggi di atas iman. Sebab seorang hamba harus beriman kepada Allah ta'ala terlebih dahulu, sebelum kompetisi untuk menyandang gelar takwa. Jika iman adalah bentuk keyakinan di hati, pengucapan di lisan, dan pembuktian dalam perbuatan-bahwa tidak ada Illah selain-Nya, maka takwa merupakan sebentuk usaha menjaga syariat Allah Subhanahu wa ta'ala agar tegak di dalam diri pribadinya. Caranya dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua yang dilarang oleh-Nya. Itulah berkah. Itulah ibadah. Iman dan takwa merupakan sebab utama diturunkanya keberkahan.

Kemudian apa itu berkah? Berkah dalam pengertian Aa Gym merupakan bentuk kepekaan seorang hamba untuk bersikap benar dalam menghadapi masalah dan persoalan. Berkah dalam bahasa Ibnul Qayyim al-Jauziyah semakin mendekatkan diri kita kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Berkah dalam pandangan Umar bin Khattab radhiyallahu anhu lebih menarik. Dia mengumpamakan keberkahan dengan dua kendaraan yang tidak peduli harus menaiki yang mana; sabar dan syukur. Sedangkan berkah dalam pujian sang Nabi shallallahu'alaihi wa sallam merupakan sebuah keajaiban.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline