Indonesia dikenal sebagai negara yang termasuk 10 negara penghasil minyak terbesar di dunia. Dengan data seperti itu, maka rakyat tidak salah jika menganggap minyak di Indonesia sangat banyak dan cukup untuk menghidupi kebutuhan rakyatnya. Namun, yang akhir-akhir ini terjadi adalah kenaikan harga minyak yang sangat tinggi akibat kelangkaan. Masyarakat tentu berhak bertanya-tanya, kemana semua minyak yang diproduksi di Indonesia itu?
Ada beberapa faktor yang menyebabkannya. Setiap orang memiliki opini yang berbeda-beda. Seperti opini dari pakar ekonomi dari Universitas Airlangga, Rossanto Dwi Handoyo SE., MSi., PhD. Menurut beliau, fenomena kelangkaan minyak ini terjadi sebab dari dasar ekonomi itu sendiri, yakni permintaan dan penawaran. Permintaan untuk minyak goreng selalu meningkat, sementara itu ada penurunan dari sisi penawaran (supply).
Penurunan ini juga memiliki beberapa faktor pendukung, seperti para penyedia minyak goreng merasa tertarik untuk menjual barang produksinya ke luar negeri di banding ke dalam negeri sendiri. Hal ini disebabkan oleh harga minyak nabati berjenis Crude Palm Oil (CPO) yang naik di dunia. Secara tidak langsung, produk yang disisakan untuk dalam negeri menjadi lebih sedikit.
Selain itu, pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai juga dapat menjadi faktor. Dalam kaitannya dalam ekspor, beberapa negara luar juga mengalami gelombang Covid-19 yang ketiga. Akibatnya, konsumen luar negeri juga beralih untuk menggunakan CPO. Hal ini juga yang menyebabkan harga CPO naik.
Pemerintah juga turut andil sebenarnya dalam fenomena ini. Pemerintah baru baru ini membuat kebijakan B30. Kebijakan ini dibuat sebagai bukti Indonesia yang sedang menuju ke produksi diesel. Kebijakan ini mengharuskan produsen mencampurkan 30% diesel dengan 70% bahan bakar solar. Dengan demikian, minyak goreng yang harusnya dijual secara biasa ke pada masyarakat harus disisihkan untuk pencampuran bahan biodiesel. Akibatnya, minyak goreng pun menjadi lebih sedikit di pasaran.
Namun, pemerintah menyatakan bahwa masalah utamanya ada di pendistribusian. Pemerintah meyakini bahwa persediaan minyak di Indonesia itu tidak sedikit, bahkan mencapai 100 juta liter pada tanggan 4 Februari 2022. Letak permasalahannya adalah jalur pembagiannya, ibarat bendungan yang sudah penuh tetapi saluran irigasinya yang mampet.
Pernyataan dari pemerintah ini seperti mengiyakan bahwasannya ada oknum oknum nakal yang sengaja menimbun minyak. Seperti yang diketahui, permintaan minyak akan terus selalu ada dan kini hasil produksi minyak sedang banyak. Maka dari itu, tidak mengherankan bahwa ada pihak-pihak yang ingin mencuri kesempatan untuk menimbunnya. Dengan menimbun, persediaan di pasaran akan turun, dan pada akhirnya harga akan naik sebab permintaan yang terus meningkat.
Untuk mengatasi hal ini, seharusnya pemerintah menjadi lebih waspada lagi. Minyak sudah menjadi bagian dari masyarakat, sehingga naiknya harga minyak dapat menyebabkan seluruh bahan pokok lainnya juga ikut naik. Jika pemerintah tidak sigap, maka masyarakat bisa jadi akan lebih menderita lagi. Maka dari itu, pemerintah sangat diharapkan untuk lebih ketat lagi dalam menyikapi fenomena kelangkaan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H