Mick Schumacher dalam 2 balapan terakhir finish di 8 besar, P8 di Silverstone Inggris dan P6 di Red Bull Ring Austria (yang merupakan pencapaian terbaik dalam karir F1). Banyak penggemar yang berpendapat inilah talenta Mick yang luar biasa , Mick akan mencetak banyak poin, Mick akan mengalahkan pencapaian ayahnya. Ok, Pump the brake everyone . Mari kita berhenti sejenak hype untuk Mick sejenak.
Mick baru mencatatkan hasil bagus dalam 3 balapan (jika Anda menghitung Kanada sebelum mobilnya mogok). Selebihnya, Kevin Magnussen menggendong tim Haas dalam memperoleh poin selama ini. Ditambah Mick lebih sering merugikan tim-nya sendiri akibat unforced error dia yang menyebabkan 'tagihan bengkel' tim Haas membengkak. Hal ini sangatlah merugikan tim Haas di era cost-cap dimana setiap dollar sangatlah bernilai untuk pengembangan mobil. Jadi, tunggulah satu musim selesai. Kita sudah lihat performa terbaik Mick, selanjutnya apakah dia bisa konsisten finish di top 10? Apakah dia bisa tidak menjadi CrashMacher (julukan Mick karena sering crash)?
Dari awal, Mick bukanlah pembalap yang bertalenta luar biasa yang mencatatkan hasil wah di karir junior. Dia hampir saja tidak menang F2 musim 2020, sebelum menjadi juara European F3, dia tidak pernah bersinar di kelas junior lainnya (F4 regional). Mick bukanlah pembalap yang dapat dibilang wonderkid . Dia bahkan satu level dibawah 3 dari Kuatret Streamer F1 : Leclerc, Russell dan Norris. Bahkan saya dapat mengatakan Albon sedikit lebih baik dibanding Mick.
Mick menemukan performa terbaiknya dalam 2 balapan terakhir. Tetapi, sebagai pembalap yang berkaliber juara dunia konsistensi adalah hal yang terpenting (konsisten mendapatkan poin, konsisten 'merawat' mobil sehingga tagihan bengkel minimal). Dalam beberapa balapan, Mick membuktikan dia pantas di F1. Hanya Pantas di F1, belum di level pembalap elit seperti Duo Mercedes, Duo RB, dan 3 dari Kuatret Streamer F1 . Untuk bisa naik ke level selanjutnya, Mick harus Konsisten dalam sisa balapan musim 2022 dan mampu mengalahkan rekan setimnya, Kevin Magnussen.
To Be Good Driver, You Have To Beat Your Teammate First
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H