Lihat ke Halaman Asli

Rp. 203 M untuk Rumah Dinas Presiden

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya kadang merasa sedih dengan tayangan-tayangan televisi yang terkesan mengeksploitasi kesedihan. Selain sedih dengan keadaan-keadaan obyek yang sedang di jadikan obyek tayangan, saya juga sangat sedih dengan kenyataan atas tayangan itu, benarkan para penggiat dan pengagas tayangan itu murni membantu atau hanya ingin memanfaatkan keadaan ornag miskin?

Kemiskinan seseorang dijual sedemikan rupa kemudian meraup keuntungan ratusan juta tanpa sedikitpun merubah keadaan obyek yang dijual, mereka tetap miskin, mereka tetap sengsara.

Akan tetapi, secara umum acara seperti itu saya akui masih memiliki sisi baiknya. Paling tidak, saya sempat dapati temen-temen saya (terutama yang perempuan) tersentuh hatinya dan kemudian meneteskan air matanya saat melihat tayangan-tayangan melankolis kemiskinan. Meskipun sebenarnya harapan semua pihak, efek dari tayangan ini tidak hanya sampai pada tetesan air mata tetapi pada tindakan nyata terhadap orang miskin disekitarnya.

Kita kadang terjebak pada kesedihan semata, mandeg sampai air mata dan macet hanya sampai retorika kata. Air mata mengalir deras melihat kemisikanan yang tayang di televisi, namun belum tentu penggagas acara itu dan juga yang menonton akan tergerak untuk mengeluarkan uang dari kantongnya demi menyelamatka satu saja kemiskinan. Pembawa acara boleh mengucapkan kata-kata dengan diselingi isak tangis, namun bisa jadi dia akan menangis juga saat dompetnya harus terkuras demi sesama.

Tidak ada yang menjamin bahwa apa yang kita lihat dan apa yang kita bicarakan itu sesuai dengan realita yang ada. Anda juga jangan sekali-sekali menganggap saya orang baik yang peduli kemanusiaan, bisa jadi saya saat ini hanya ngomong besar tetang kemisikinan dan kemanusiaan, namun belum pernah sekalipun melakukan hal-hal yang berarti untuk sesuatu hal yang saya koar-koarkan itu.

--------

Presiden saat melakukan kunjungan kerja ke Jawa Barat sekitar awal Agustus pernah berpidato tentang kesederhanaan pejabat. “Saya ingatkan kepada gurbenur di seluruh Indonesia kalau membangun rumah-rumah pejabat, mobil-mobil, janganlah berlebihan” kata beliau saat meninjau Sekolah Unggulan Cinta Kasih 1 dan 3 di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Menurut Kepala Negara, dengan tidak berlebihan dalam penggunaan anggaran tersebut maka akan dapat dihemat triliunan rupiah untuk kepentingan rakyat.

Kata-kata itu bisa diterjemahkan bahwa presiden berkonsentrasi penuh atas kepentingan rakyat, konsen utamanya tetang kesejahteraan rakyatnya. Kata-kata itu adalah “sabda” yang hukumnya wajib untuk di jalankan oleh “anak buahnya”.

[caption id="attachment_266289" align="alignleft" width="300" caption="Tidurlah dengan Tenang saudaraku, kau sedang dibangunkan Istana oleh Presidenmu"][/caption]

Bahwa masih ada rakyat yang hidup di gubuk-gubuk tak layak bahkan dikolong jembatan. Bahwa masih ada jutaan rakyat yang hidup sangat miskin, kekurangan pangan bahkan saya mendengar dari Fajroel Rachman di salah satu acara televisi beberapa hari yang lalu disebutkan bahwa 31,02 juta warga Indonesia hidup sangat miskin, pendapatannya kurang dari 1 US$/hari. (Fajroel mengutip data hasil Susenas 2010 dari BPS).

Namun disisi lain, Presiden melihat beberapa fenomena yang terjadi di daerah-daerah dimana kepala daerahnya menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang sifatnya tidak penting. Dan kemungkinan besar atas dasar itulah Presiden memberikan peringatan keras agar untuk menghemat anggaran, untuk tidak bikin rumah-rumah pejabat dengan anggaran besar.

----

Akan tetapi, saya pagi ini kembali disedihkan oleh sebuah berita. Bahwa ada desas-desus akan dibangunnya rumah dinas Presiden dengan anggaran Rp. 203 M.

Saya dan Istri berencana membeli sebuah rumah di salah satu kota di Jawa Timur, untuk itu Istri saya mencari informasi harga rumah. Informasi yang kami dapat, untuk rumah sederhana harganya sekitar Rp. 200 juta. Jika anggaran Rumdin Presiden itu digunakan beli rumah sederhana, sudah ada lebih dari 1000 keluarga bisa terselamatkan dan tidak lagi tinggal di gubuk-gubuk kumuh dan kolong jembatan.

Ini hitung-hitungan orang bodoh seperti saya ini, tentu lain jika yang menghitung adalah orang-orang pintar yang ada di Istana. []

Sumber Berita :

Furnitur Rumah Dinas Presiden Rp. 42 M

Presiden : Rumah dan Mobil Dinas jangan Berlebihan

Sumber Gambar : di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline