Lihat ke Halaman Asli

LAZ Harfa

Saling Menguatkan

Setelah 30 Tahun, Santri Ponpes Nurul Ikhlas Baru Memiliki Sarana Air Bersih

Diperbarui: 1 April 2021   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Selama 30 tahun, para santri yang berada di Pondok Pesantren Nurul Ikhlas, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Banten, tidak memiliki Sarana Air Bersih (SAB) dan MCK yang layak hingga harus mandi, mencuci, dan BAB di Sungai setiap harinya.

Pada Senin (29/3), LAZ Harapan Dhuafa meresmikan fasilitas SAB dan MCK untuk para santri. Pembangunan SAB dan MCK ini merupakan hasil gotong royong sedekah dari donatur semuanya.

Peresmian tersebut dihadiri langsung oleh Kepala Kelurahan Sayar (Jaenudin), Koordinator Digital Fundraising LAZ Harapan Dhuafa (Irfan Gian Pratama) dan Pimpinan Ponpes Nurul Ikhlas (KH. Salimi).

LAZ Harapan Dhuafa berfokus untuk memberikan air bersih dan sanitasi yang layak dan merata untuk semua orang, tujuan ini sejalan dengan tujuan keenam pada pembangunan berkelanjutan (SDGs) tahun 2030.

"Tak bisa kita bayangkan 30 tahun para santri ini masih BAB Sembarangan dan kesulitan air bersih. Tentu semangat belajar mereka harus terus kita jaga dengan memberikan akses yang mudah untuk mendapatkan air bersih dan sanitasi yang layak. Pembangunan SAB dan MCK ini merupakan hasil gotong royong sedekah dari para donatur melalui LAZ Harapan Dhuafa" Ujar Irfan.
 
"Air ini merupakan kebutuhan utama untuk para santri. Semoga bantuan ini menjadi amal jariyah untuk para donatur, kami akan berupaya menjaganya sebaik mungkin" Kata KH Salimi.

Sedangkan Taufiq, salah satu santri menyampaikan sebelumnya dirinya merasa kesusahan air. Akan tetapi dengan adanya SAB dan MCK kini ia dan para santri mengaku bisa lebih serius dalam belajar karena tidak lagi membutuhkan waktu lama berjalan kaki atau mengantri untuk sekedar buang hajat atau mandi di sungai.

"Sekarang lebih mudah, gak lagi ngantri, ya Insya Allah makin semangat ngajinya. Kan sudah lebih dekat", kata Taufiq
Kondisi kurangnya SAB dan MCK karena pesantren tersebut tidak memungut biaya kepada para santri, santri yang belajar merupakan anak-anak dhuafa yang dibina ilmu agamanya. Menjadikan pesantren tersebut belum mampu secara mandiri membangun sarana pendukung terutama SAB dan MCK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline