Lihat ke Halaman Asli

Geng Motor versus Geng Sepeda

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Geng motor sangat identik dengan kebut-kebutan di jalan raya, mengganggu ketentraman warga, menyerang  bahkan tak segannya melawan  aparat  hukum. Aksi anak muda bak bernyawa serep ini sangat meresahkan warga. Seperti yang terjadi baru-baru ini  di wilayah ibu kota.

Pernah suatu ketika, penulis mendapat curhatan dari seorang siswa. beberapa tahun silam, jauh sebelum maraknya pemberitaan tentang aksi para geng motor. Penulis kala itu belum mengetahui apa itu geng motor. Akhirnya saya dengarkan secara saksama, ocehan anak muda itu mengenai hobinya trek-trekan di jalan raya. Kebiasaan tersebut bermula di ajak oleh temannya, lalu alasan adu nyali, juga ketrampilan mengendarai sepeda motor. Aksinya biasanya dilakukan pada malam minggu di suatu wilayah yang relatif sepi  dan jalannya mulus. “Kalau ingin jadi pembalap yang legal, silakah beradu di ring balap”.

Ulang geng motor nampaknya  bertentangan dengan aksi sehat geng sepeda. Jika ulah geng motor kini sudah mulai menjurus pada tindakan kriminal, lain halnya dengan geng sepeda atau komunitas pesepeda yang setiap hari libur berparade gowes kelliling pemukiman. atau kawasan hijau.  Pemandangan menyehatkan ini semakin hari makin bertambah jumlahnya. Apalagi   di kawasan car free day, para penggowes  berjubel, hilir mudik  menghirup udara pagi yang belum terkontaminasi oleh polusi.

Bersepeda di kota besar kini sudah menjadi gaya hidup sehat. Meskipun belum sampai pada taraf budaya menuju ke tempat kerja setidaknya dapat membakar lemak  yang tersimpan  dalam tubuh, serta menghilangkan stress setelah seminggu berjuang melawan kepenatan di kantor maupun jalan raya.

Bersama keluarga tercinta keringat mengucur di bawah sinar mentari pagi Wisata pagi tanpa biaya, sungguh menarik minat para anak-anak hingga orang tua. Sepeda yang berawal dari sebagai moda tranportasi tradisional  kini menjadi media yang menyehatkan serta  murah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline