Lihat ke Halaman Asli

Otak-otak.....?

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Benar adanya kalau Alloh bekata manusia adalah mahkluk yang paling sempurna. Manusia memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lain misalnya saja otak, otak manusia paling sempurna dibandingkan makhluk-makhluk lain. Berat otak manusia bervariasi antara 1,25 kg hingga 1,45 kg (perkiraan 85 miliar sel saraf). Dengan otak yang seberat itu mestinya harus dimanfaatkan dengan maksimal, tapi sayangnya kebanyakan masyarakat kita hanya mengembangkan otak bagian kiri saja. Hanya kognitifnya saja yang terus diasah kreatifitas dari otak kiri sering diabaikan. Otak manusia terdiri dari 3 bagian, Dr.Paul Maclean mencetuskan konsep tiga otak dalam satu kepala (otak triune). Menurut teori ini, otak manusia sebenarnya terdiri dari tiga bagian otak yaitu otak reptil, otak mamalia, dan otak neo korteks. Otak neo korteks ini merupakan 80% dari total otak manusia dan di sebut juga otak berpikir. Otak ini yang paling tinggi dan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir abstrak dan dapat memecahkan masalah. Proses pendidikan mestinya mengembangkan setiap bagian otak. Jika proses pembelajaran mampu mencapai otak neo korteks, maka otak reptil dan sistem limbik akan terkembangkan. Namun pada kenyataannya, pembelajaran hanya menyentuh otak limbik apalagi otak reptil belum tentu neokorteks akan terkembang. Dengan demikian, pembelajaran mestinya mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan fungsi neo korteks, melalui pengembangan berbahasa, memecahkan masalah, dan membangun kreasi. Saat usia SD otak dalam tahap perkembangan yang optimal, orang sering mnyebutnya periode emas. Pada tahap ini kemampuan otak untuk menerima informasi sangat cepat dan baik.

Selain nutrisi dan oksigen otak kita juga membutuhkan air murni (air putih) setiap hari untuk pembelajaran yang optimal. Otak terdiri atas 80% air dan sangat sensitif terhadap perubahan tingkat pH. Selain air dan oksigen, Judith Wurtman, Ph.D. (1986) dalam Eric Jensen (2007) mengatakan bahwa asam amino dapat mempengaruhi tahap pembelajaran, baik secara positif maupun negatif. Kandungannya di dalam protein sangat penting bagi otak. Sudah saatnya kita labih menjaga asupan gizi yang diberikan kepada anak-anak agar otak mendapatkan nutrisi yang cukup, sehingga akan meningkatkan kemampuan belajarnya.

Kita sering beranggapan bahwa otak sangat berpengaruh terhadap bakat selain faktor pembawaan, IQ yang tinggi pasti anak tersebut berbakat. Keberbakatan memang sebuah pembawaan namun tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh IQ, hanya sedikit dari mereka yang mampu memberdayakan bakat tersebut secara optimal. Hal tersebut dikarenakan otak mereka kurang siap untuk dikembangkan dan diaktualisasi guna mencapai tingkat perkembangan potensi tetinggi sehingga hanya mampu memakai 5 % dari kemampuan yang mereka miliki. Belajar pasti membutuhkan otak untuk berpikir. Pemahaman orang mengenai anak berbakat cenderung hanya menjurus pada sesosok atlet. Jika istilah anak berbakat digunakan dalam konteks akademik, tak satu pun yang memunculkan perasaan dipopulerkan karena anak berbakat secara akademik malah mendapat labeling negative seperti kutu buku, orang aneh, si jenius, si ajaib, atau lebih buruk lagi. Hal-hal tersebut mengakibatkan anak berbakat takut menunjukan bakat mereka dan cenderung menganggapnya sebagai beban yang menyengsarakan. Sehingga, anak berbakat justru akan mengalami kesenjangan antara potensi dan prestasi. Maka dari itu guru harus mulai mampu mengenali dan memperhatikan anak-anak berbakat.

Meliahat keunikan setiap individu yang berbeda-beda seorang guru harus mampu memahami gaya belajar setiap anak didiknya dan menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar mereka. Saat ini sekolah- sekolah yang ada semakin aktif dalam menciptakan berbagai macam lingkungan yang diperkaya yang sesuai bagi otak siswa. Pembelajaran langsung dalam dunia nyata saat ini terlihat member inspirasi seperti termasuk kunjungan lapangan, kunjungan atu studi di luar negeri, studi pustaka, ligkungan di sekitar rumah, taman, latihan langsung, konvensi, reli, pertemuan khusus, atau berlibur, semua ini bervariasi dan dapat memperkaya yang terjadi secara alamiah dalam kehidupan.

Sumber : Eric Jensen, 2008, Brain-Based Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline