Khusus Pramuka artinya tulisan ini ditujukan untuk semua individu yang pernah menjadi bagian dari Gerakan Pramuka, meskipun hanya selama 1-2 tahun di SD atau mungkin lebih singkat. Ini juga berbicara kepada mereka yang aktif sebagai Pramuka di masa kecil atau remajanya, lalu memegang teguh nilai-nilai kebaikan yang diperoleh dari pengalaman kepramukaan, yang terus membekas dan tertanam hingga dewasa, bahkan seumur hidup. Mereka yang memiliki Lasting Values.
Lasting Values dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang diyakini seseorang secara berkelanjutan dan tertanam abadi dalam dirinya selama hidup dan bermasyarakat. Nilai-nilai ini memiliki relevansi yang tetap lintas masa, tidak tergantung pada tren atau perubahan keadaan yang sementara. Lasting Values bisa berupa nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, kerja keras, tolong-menolong, kasih sayang, keberanian, serta penghargaan terhadap alam dan sesama, dan nilai-nilai kebaikan lainnya.
Dalam konteks Kepramukaan, Lasting Values yang menjadi fondasi moral dan etika tentu Satya dan Darma Pramuka yang diperoleh dari ajaran kebaikan para Pembina dan serta semua pengalamannya.
Banyak individu yang kini tidak aktif dalam dunia kepramukaan, namun mereka tetap hidup dengan nilai-nilai baik yang didapat saat menjadi seorang Pramuka. Dulu mereka Pramuka, sekarang mereka profesional, birokrat, guru, tentara, polisi, entrepreneur, selebriti, politisi bahkan Ibu Rumah Tangga, serta peran lainnya di masyarakat, namun tetap menjaga nilai-nilai kepramukan (Scouting Values) dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa bisa? Karena nilai-nilai ini sudah kuat terpatri, membekas, teringat, dan termanifestasi dalam sikap dan komitmen mereka sebagai individu.
PELAJARAN DARI REAKSI
Menarik melihat reaksi terhadap penerbitan Permendikbud No 12 Tahun 2024 tentang kurikulum baru yang mengubah status kepramukaan menjadi ekskul pilihan dan menghapus kewajiban mengikuti 'Pendidikan Kepramukaan' yang viral di media sosial.
Sejumlah tokoh seperti Inspektur Jenderal Polisi Krinasmurthi, Pak Mahfud MD, dan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, mengungkapkan bagaimana pengalaman kepramukaan telah membentuk karakter mereka secara mendalam. Irjen Krinasmurthi mengakui bahwa kepramukaan adalah momen penting dalam pembentukan karakternya, dari masa sekolah hingga kepolisian. Pak Mahfud MD bahkan dengan bangga masih mengingat nomor Gudepnya, "Sy alumni Pramuka Gudep 449 Yogyakarta" kata Mahfud yang menekankan nilai-nilai persahabatan dan cinta tanah air yang didapat dari kepramukaan. Wakil Ketua MPR, Bapak Hidayat Nur Wahid juga menyoroti manfaat besar kepramukaan dalam membentuk karakter positif dan memberikan visi sejak dini.
Reaksi dari tokoh-tokoh ini mencerminkan pentingnya kepramukaan dalam membentuk nilai-nilai fundamental dan relevan sepanjang kehidupan. Meskipun sudah tidak aktif, mereka mengakui adanya nilai-nilai 'Lasting Values' yang dimiliki sebagai seorang (yang pernah) Pramuka.
Jumlah anggota aktif Gerakan Pramuka yang terdata hanya sekitar 25 juta, tetapi jumlah orang yang pernah berpramuka dan sudah tidak aktif namun masih menetap nilai-nilai kepramukaan (Lasting Values of Scouting) didirinya jauh lebih banyak. Hal ini karena di Indonesia, sebelum kebijakan ekskul wajib diterapkan, hampir semua SD dan Madrasah Negeri mewajibkan siswa untuk mengikuti kegiatan kepramukaan. Sehingga hampir semua siswa telah berlatih bersama pembina yang mengajarkan kecakapan hidup dan nilai-nilai kebaikan.
MESKI SEDIKIT TAPI MENETAP
Ketika berbicara tentang Lasting Values Kepramukaan, tidak semua nilai itu mungkin tertanam dengan kuat pada setiap individu. Setiap orang mungkin memiliki tingkat penyerapan yang berbeda-beda.