Lihat ke Halaman Asli

Laxmi Zahara

Dosen, Mahasiswa S3 Undiksha

Pendidikan sebagai Sarana Perlawanan Ketidakadilan Sosial

Diperbarui: 13 Desember 2024   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

John Dewey percaya bahwa pendidikan harus berorientasi pada pengalaman langsung, di mana siswa dapat mengamati, menganalisis, dan terlibat dalam isu-isu sosial yang relevan dengan kehidupan mereka. alam bukunya yang terkenal, Democracy and Education (1916), Dewey mengemukakan bahwa pendidikan harus menjadi sarana untuk memperkuat demokrasi dan menyiapkan individu agar dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial dan politik. Ia menolak pendekatan pendidikan yang otoriter dan menyarankan bahwa pendidikan berbasis pengalaman akan mendorong pengembangan individu yang lebih bebas, kreatif, dan berpikir kritis.

Guru yang menerapkan pendekatan ini bisa mengajak siswa untuk menganalisis ketimpangan sosial atau struktur kekuasaan yang ada, serta memotivasi mereka untuk bertindak dalam konteks sosial. Pendidikan yang berfokus pada pengalaman langsung tidak hanya mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia nyata, tetapi juga membekali mereka dengan kemampuan untuk mengubah dunia tersebut.

Sudahkah guru mengajar dengan berfokus pada pengalaman langsung?

Melalui pendidikan kritis, siswa diajak untuk mengidentifikasi ketidakadilan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di sekitarnya. Mereka diberi alat untuk menganalisis dan menilai sistem dan struktur yang ada, serta memeriksa bagaimana kekuasaan bekerja dalam masyarakat. Pendidikan kritis bukan hanya tentang membuka kesadaran tetapi juga tentang mengambil tindakan untuk mengubah keadaan. Sebagaimana dinyatakan oleh Paulo Freire, seorang filsuf pendidikan asal Brasil pendidikan kritis memungkinkan siswa untuk memandang pendidikan sebagai alat perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan. Dalam bukunya yang paling terkenal, "Pedagogy of the Oppressed" (1970), Freire mengembangkan konsep pedagogi pembebasan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran sosial dan memberdayakan individu agar mereka mampu mengubah kondisi sosial yang menindas.Freire menekankan bahwa pendidikan harus dialogis, yaitu berdasarkan hubungan timbal balik antara guru dan siswa, bukan satu arah di mana guru hanya memberi pengetahuan kepada siswa. Melalui dialog ini, siswa dapat mengembangkan kesadaran kritis tentang kondisi sosial mereka.

Apakah guru sudah menerapkan pendidikan yang dialogis?

Guru sebenarnya memegang peran yang sangat penting dalam membentuk karakter kritis dan kesadaran sosial siswa. Dengan mengintegrasikan pendidikan berbasis pengalaman dan pendidikan kritis, guru tidak hanya berfungsi sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk berpikir kritis tentang kondisi sosial di sekitarnya. Melalui dialog yang terbuka dan pemecahan masalah bersama, guru dapat membantu siswa menganalisis ketimpangan sosial, struktur kekuasaan, dan ketidakadilan yang ada di masyarakat.

Dengan demikian, pendidikan adalah alat perlawanan kekuasaan karena pendidikan memberikan kekuatan kepada siswa untuk mempertanyakan dan mengubah sistem yang ada. Guru, dengan pendekatan yang lebih kritis dan berbasis pengalaman, dapat membekali siswa dengan keterampilan berpikir kritis, memberikan mereka pemahaman tentang ketidakadilan sosial, dan mendorong mereka untuk terlibat dalam perubahan sosial yang lebih besar.

Namun, perubahan sosial ini harus dilaksanakan dengan cara-cara yang santun, penuh tanggung jawab, dan selalu menghormati hak-hak individu. Dengan cara ini, pendidikan tidak hanya akan mencetak individu yang cerdas secara akademis, tetapi juga individu yang memiliki kesadaran sosial yang tinggi dan mampu memperjuangkan keadilan dengan cara yang beradab, toleran, dan berdampak positif bagi masyarakat.

Pendidikan memiliki potensi untuk menjadi alat yang kuat dalam perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan. Guru, sebagai pendidik, berperan dalam mengarahkan siswa untuk lebih kritis terhadap dunia di sekitar mereka dan untuk bertindak dalam konteks sosial. Oleh karena itu, sudah saatnya pendidikan diarahkan untuk tidak hanya menghasilkan individu yang cerdas secara akademis, tetapi juga individu yang memiliki kesadaran sosial dan mampu memperjuangkan keadilan, menggunakan pendidikan sebagai alat perlawanan terhadap kekuasaan yang tidak adil, dengan cara yang baik, santun, dan penuh adab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline