Tetes demi tetes yang terasa sangat lama. Tetes yang akan mendobrak kevakuman itu. Rasa sakit yang dulu dibenci kini diharap untuk mendera dalam skala bertubi-tubi.Kini rasa sakit telah menjadi kebutuhan bukan lagi sekedar keinginan. Pada saatnya rasa itu bermamfaat ketika orang lain menghindarinya tepatnya pada zona nyaman.
Rasa sakit yang kumaksud bukan pada penyakitnya. Itu dua aspek berbeda. Terkadang orang sehat mengalami rasa sakit dan itu bukan penyakit. Sakit tertusuk jarum misalnya.
Ketika menunggu rasa sakit dalam rentang waktu cukup lama akan memberikan dampak rasa sakit pada dimensi lain yang rentang pada sebuah vonis penyakit.
Wahai rasa sakit bergejolaklah,amukkan benteng terakhir itu. Biarkan luapan air ketuban menembusi sarung-sarung lusuh bermotif bunga itu.Jadikan tetes botol itu menjadi penutup siang ini. Jadi sampah tercampakkan demi sebuah rasa sakit yang diidamkan oleh para ibu-ibu berperut buncit.
Pada hasilnya harap itu kini menjadi nyata,ketika erangan dan ringisan itu perlahan datang. Menyerang berkali kali sampai terguncang menggeliat menahannya. Mengobok-obok organ intim itu yang kini mulai tak menarik lagi.
Merembes....teriakan panik. Kalap memanggil petugas medis. Tergopoh dan mereka pun berkerumun dengan tugas masing-masing.
"Mana bajunya,mana popoknya ?"
Siapkanki...!
Bagai anak panah lepas dari busur melesat ke ruangan kamar kelas 1 itu. Menenteng tas perlengkapan yang telah disiapkan.
"Allahu akbar.....istiqfarki...." Demi mengimbangi rasa sakit itu.
Hasil keroyokan itu berbuah hasil. Nongollah kepala bayi itu. Menyeruak menembus dunia. Nyaring tangisan itu dalam ruang sempit ber ac. Ingin segera berjumpa dengan dua kakaknya.