Lihat ke Halaman Asli

Kuliner Peranakan

Diperbarui: 5 Januari 2016   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki bermacam-macam kebudayaan. Tak dipungkiri lagi bahwa kebudayaan di Indonesia mengalami akulturasi dengan budaya dari bangsa lain misalnya saja budaya Tionghoa. Masyarakat dan budaya Tionghoa telah lama menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Sejarah kemerdekaan Indonesia pun tidak bisa lepas dari kontribusi mereka. Selain itu, masyarakat Tionghoa juga memiliki peran dalam perkembangan kebudayaan Indonesia terutama kuliner. 

Sebelum mewarisi kuliner di Indonesia, masyarakat Tionghoa dahulunya sempat mewarisi cara bertani hingga metode menggiling tebu. Ladang pertanian milik mereka tersebar di sekitar Batavia. Ladang tersebut terdiri dari nila, tebu dan kacang tanah. Cara bertani mereka saat itu masih menggunakan lembu untuk membajak sawah dan menggiling tebu.

Dalam kuliner Tionghoa, rasa, warna dan bau dalam makanan pun diperhatikan. Kelima rasa —manis, asam, pahit, panas dan asin— dapat dikombinasi untuk menciptakan rasa seperti manis–asin, panas–asam, panas sekali atau panas–harum. Selanjutnya kelima warna—merah, kuning, biru, putih dan hitam—mereka gabungkan untuk meningkatkan selera makan seseorang. Sedangkan yang dimaksud lima bau tersebut adalah adas, cabe, adas manis, kayu manis Tionghoa dan cengkeh.

Dalam sisi kuliner selain memperhatikan ketiga unsur tersebut, mereka jugamemperhatikan keahlian memotong bahan makanan, kekuatan api dan teknik memasak. Keahlian dalam memotong bahan makanan ini selalu memperhatikan cara penggunaan pisau, contohnya memotong bahan makanan lurus kebawah, menyaamping, iris lembut, memotong biasa, iris tipis, menusuk mengetuk atau mengerik.

Dalam hal kekuatan api, mereka amat memperhatikan cepatnya api, diperbesar atau diperkecil. Memasak harus memperhatikan kekuatan dan pemilihan waktu api, karena hal tersebut mempengaruhi warna, bau dan juga rasa makanan. Teknik memasak pun juga memiliki 18 cara, antara lain yaitu; mengukus, rebusan ganda, mengukus dengan kecap, merebus, menggoreng dengan mengaduk, menggoreng dengan sedikit minyak, menggoreng dengan minyak banyak, menggoreng secara cepat, merebus setelah menggoreng, menumis, memasak dengan sedikit air dan menutup.

Tujuh kebutuhan bumbu atau bahan pelengkap dalam hal memasak bagi masyarakat Tionghoa adalah kecap, minyak goreng, kayu bakar, garam, teh, cuka, dan beras. Mereka sudah mengenal kecap sejak 2500 tahun yang lalu. Tentu saja tebuat darikacang kedelai. Selain itu, kecap juga menambah cita-rasa pada masakan. Minyak goreng pertama kali terbuat dari lemak hewan. Lalu selama masa dinasti Han muncul minyak sayur yang terbuat dari biji-bijian. Kayu bakar merupakan barang paling utama bagi orang Cina untuk memasak. Bagi orang  Tionghoa garam merupakan penyedap rasa yang paling penting, selain untuk menambah rasa masakan dapat membantu kelancaran pencernaan. Teh berfungsi sebagai minuman penghilang dahaga dan menyegarkan, Pertama kali teh digunakan sebagai obat saja, masih bertahan hingga sekarang sehingga dijadikan sebagai sajian minuman. Cuka, pada zaman dahulu digunakan bangsawan sebagai penyedap rasa masam untuk mengurangi lemak dalam makanan. Sehingga pada saat pesta mereka tidak perlu takut sembelit ketika disajikan makanan berdaging. Terakhir, beras amat berfungsi sebagai karbohidrat  yang dimakan dengan lauk pauk serta sayur mayur.

Makanan tradisional Tionghoa seperti tofu, bubur dan sup. Tofu adalah makanan tradisonal yang penuh dengan ciri khas Tionghoasebab makanan ini hanya untuk para rahib dan pendeta Taoisme. Kemudian menyebar dan menjadi makanan populer dalam masyarakat luas. Lebih dari 400 macam jenis tofu, diantaranya tofu gadis bopeng dari Sichuan, tofu ala Zhejiang Dongpo, tofu lima bumbu ala Lanxi dan tofu delapan harta benda ala Jiangsu. Sementara bubur merupakan beras yang campuran airnya lebih banyak. Makanan ini sangat popular di kalangan orang Tionghoa, karena biasanya dimakan saat pagi oleh seluruh warga tanpa pandang status sosial. Menurut legenda Kaisar Kuning yang menciptakan makanan ini mengatakan bahwa, bubur merupakan salah satu dari enam makanan di istana. Selama dinasti Tang, bubur dijadikan sebagai hadiah dari Kaisar kepada para pejabat. Terakhir sup merupakan makanan prioritastiap sesi makan. Ada beberapa macam sup diantaranya sup tulang iga, sup ayam, sup ikan, sup ganggang laut dan sup sayuran. Panganan lokal khas orang Tionghoa ada bermacam-macam diantaranya youtiao atau cakwe, mantou atau roti kukus, telur asin, permen labu lapis gula dan mie.

Seperti yang sudah penulis tuliskan diatas bahwa, orang Tionghoa berakulturasi dengan orang Indonesia tidak hanya tentang semangat kemerdekaan, kuliner dan cara bertani. Kuliner Tionghoa mewarisi bakpao, ifu mie, bakmie, bakso, kwetiau, lumpia, bihun, cakwe, siomay, capcay dan fu yung hay.

I. O. H

DAFTAR PUSTAKA

Chunjiang, Fu. Origins of Chinese Food Culture: Asal Mula Budaya Makanan Cina.Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline