Ada yang unik, kotbah yubilaris emas imamat Pastor Bernadus Kota, SVD tanggal 29 September 2016 di halaman Sekolah Menengah Umum Katolik (SMUK) Syuradikara Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Perayaan ini juga bersamaan dengan pesta ulang tahun SMUK Syuaradikara yang ke-63 dan SMK Syuarakara yang ke-4.
Pastor Bernadus Kota, SVD dalam kotbah, beliau berkisah tentang pengalaman iman penyertaan Tuhan Yesus, waktu beliau masih berkarya sebagai imam muda di paroki Kewapante, Maumere, Flores.
Suatu saat, beliau berkehendak memberi komuni suci bagi orang sakit di sebuah kebun yang jauh dari paroki. Waktu itu bulan Desember, bulan sedang hangat-hangatnya langit menumpahkan air matanya mencium bumi.
Hanya berbekalkan petunjuk secara lisan, sang pastor muda menyusuri kali kering. Dalam penelusuran lorong kali dan hutan kiri kanan, tiba-tiba beliau dihujani air hujan dari langit disertai kilat dan guntur saling bersahutan bersama badai. Dalam kesendirian itu, beliau jatuh tersungkur di pinggir kali dengan kakinya terjuntai di lubang kali lebih dalam.
Sang pastor sepertinya pingsan tak tahu apa yang terjadi. Beliau bercerita bahwa bagaikan mimpi saja. Banjir datang menghampiri beliau namun beliau merasa sepertinya ada orang yang menggulingkan beliau ke tempat yang lebih tinggi. Beliau juga mengatakan bahwa hal itu tak masuk akal sebab berdasarkan hukum gravitasi biasanya jatuh ke tempat yang lebih rendah. Beliau justru sebaliknya.
Cukup lama mengalami antara mati dan hidup tipis bedanya. Beliau tersadar dalam suasana basah kuyup dan selamat dari amukan banjir yang memenuhi kali tadinya tampak kering. Beliau mengakui bahwa beliau bersyukur karena masih beri hidup kepada beliau namun beliau juga menyesal hostia kudus terlepas dari genggaman tangannya.
Beliau sendiri bersaksi waktu kotbah emas imamat,"Saya bagaikan Yudas Iskariot masa kini. Jika Yudas dulu menyerahkan Tuhan Yesus pada orang Yahudi untuk disalibkan, saya Yudas saat ini menyerahkan Yesus ke banjir".
Beliau sepertinya menyesal sambil menguatkan diri bahwa Yesus Tuhan tak mungkin terhanyut oleh banjir dunia. Sang pastor muda, memutuskan diri untuk kembali.
Dengan langkah gontai, beliau mengayunkan kaki ke tempat asalnya menuju paroki Kewapante. Tiba-tiba, beliau terkejut menatap daun pada kayu sebelah kali dengan airnya makin surut. Beliau melihat hostia kudus terapung pada sebuah daun.
Beliau melonjak gembira sambil berlutut mengucapkan syukur keajaiban Tuhan sungguh nyata. Ia bergegas menuju daun tadi dan dengan penuh hormat mengambil Tuhan Yesus dalam hostia kudus. Segera sesudah itu, berteriak lebih keras sebab disebelahnya tampak tumbuhan jagung yang makin tinggi.
Ada jawaban. Beliau ke pondok bersangkutan. Beliau tetap memberikan komuni kepada orang sakit yang akhirnya setelah komuni, orang sakit pergi meninggalkan dunia dengan kekuatan Tuhan Yesus bersamanya.