Tidak tanggung-tanggung, perhelatan pemilukada DKI Jakarta kian memanas dan mulai makan korban. Dari sekian korban, salah satu yang seksi adalah pak Ruhut Sitompul. Beliau dicopot dari partai Demokrat sebagai juru bicara yang vokal dan senantiasa membela pak ketumnya harus terpental. Beliau tidak lagi sebagai orang sentra dan penting di Partai Demokrat. Pak SBY sang ketumnya memecat dirinya hanya melalui sms pada wa partai mereka.
Pak Ruhut dicopot dari jabatannya lantaran sangat getol membela pak Ahok dan tidak lagi mengikuti garis-garis partai. Pak Ruhut sendiri menerimanya dengan alasan bahwa ada orang-orang pembisik pak SBY yang tidak suka kepadanya karena getol menyatakan "TIDAK" pada korupsi di tengah semakin banyaknya kader partai bersangkutan terjerat kasus korupsi. Paling akhir sang bendahara partai itu tertangkap tangan KPK sedang melakukan tindakan melawan hukum yakni korupsi.
Kita tidak tahu persis, apa yang terjadi. Tahu secara pasti hanyalah pak Ruhut, pak SBY dan partai Demokrat.
Hingarbingar pemilukada belum juga usai. Banyak partai masih menunggu hingga detik-detik pemuncak untuk merekomendasi atau mendeklarasikan sang calon untuk maju dalam pemilukada Bulan Februari 2017. Hanya partai Nasdem, Hanura dan Golkar yang sudah menyatakan secara terbuka calon petahan pak Ahok untuk maju sebagai DKI 1. Namun semuanya belum jelas. Masih menggantung, siapa gerangan calon wakil gubenur pendamping pak Ahok.
Tarik-menarik ini masih menunggu keputusan PDI Perjuangan dan Ibu Megawati Soekarno Putri. Ada suara-suara kuat bahwa PDI Perjuangan akan mengusung Ahok-Jarot untuk gubernur DKI 2017-2022. Santer terdengar bahkan datang dari pak Ahok sendiri. Namun justru itulah yang membuat Jakarta makin panas. Para kader PDI Perjuangan seakan silih berganti menyerang Ahok. Ada mengatakan bahwa pak Ahok tidak layak karena gemar mengadu domba hehehe. Namun suara sejuk datang dari sebagian kader yang dekat dengan ibu kota dan iku ketua umum. Alternatif Ahok-Jarot masih dibahas dan masih menjadi altermatif pertama.
Kita mengharapkan PDI Perjuangan segera mendeklarasikan agar tidak memakan korban seperti yang dialami pak Ruhut di partai Demokrat. Ibu Megawati pasti dengan pikiran matang dan mental penjuang yang adil akan melihat itu sebagai dinamika untuk memperkuat demokrasi dan serentak memperkuat citra PDI Perjuangan di mata masyarakat.
Satu saran kecil bagi para politisi PDI Perjuangan, apabila melakukan kritikan kepada pak Ahok senantiasa mempertimbangkan psikologi pemilih agar PDI Perjuangan dan pak Ahok tidak saling merugikan melainkan ada hubungan mutualisme. Demikian sebaliknya dengan pak Ahok agar lebih diam dan fokus pada pembangunan di Jakarta dan berantas korupsi serta kejahatan lain secara sungguh-sungguh. Tidak usah terlalu repot dengan pencalonannya. Percayakan pada mekanisme PDI Perjuangan dan Ibu Megawati sebab memang beliau layak menjadi salah satu kandidat.
Selamat berdemokrasi secara sehat sehingga menjadi pembelajaran yang baik dan fenomenal bagi generasi emas Indonesia Raya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H