Lihat ke Halaman Asli

"Jokowi-JK, Pemimpin Kita"

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perhelatan pilpres telah kita lalui tanggal 9 Juli 2014. Sebelum tiba pada waktu pencoblosan masing-masing kubu telah mengayunkan sejumlah strategi atau kuda-kuda dalam upaya memenangkan jagoannya. Ada cara yang lunak dan bermartabat tetapi tak kadang ada cara-cara diluar budaya kita sebagai orang Indonesia yang sangat mengagungkan kesopansantunan. Ada kata-kata yang langsung menyerang secara vulgar tetapi tidak sedikit mengajak dengan cerdas agar pemilih berpikir secara cerdas dan bermartabat sebelum menjatuhkan pilihan pada dua kandidat yang merupakan putra-putra terbaik bangsa.

Setelah melewati masa-masa yang saling mengungguli dan rakyat Indonesia telah secara serentak menjatuhkan pilihan sesuai kata hati masing-masing meski yang diluar negeri melakukan pencoblosan lebih dahulu. Tentu semuanya bisa berjalan dengan baik dan lancar lantaran kerjasama semua pihak dan antusiasme warga mau melakukan pencoblosan. Di mana-mana, tingkat partisipasi pemilih meningkat tajam. Para golputer pun turun gunung dan mau melakukan pencoblosan secara sukarela.

Meman pilpres kali ini agak lain dan unik. Terutama setelah pemilihan, ada sejumlah lembaga quick count yang kredibel tidak dipercaya atau boleh dikatakan belum langsung dipercaya oleh sang kandidat yang kebetulan kalah suara versi quick count. Menariknya lagi ada lembaga survei yang hasil quick count mereka saling bertentangan satu sama lain. Ada yang mengatakan bahwa lembaga itu 'abal-abal' lalu saling menyerang dengan term itu juga tak terelahkan. Presiden SBY turun tangan. Meminta kedua kubu untuk menunggu hasil real count. Sangat berbeda dengan pemilihan yang sebelum-sebelumnya. Lembaga yang sama, pada pilgub Jakarta, Fauzi Bowo secara gentle mengucapkan proficiat kepada kubu Jokowi-Ahok kala itu meski beliau tetap mengatakan menunggu real count dari KPU. Sebuah pernyataan yang meneduhkan dan menunjukkan kebesaran jiwa sesuai janjinya sebelum pemilihan gubernur. Pernyataan Fauzi Bowo tersebut menenangkan hati semua pendukungnya hehehe

Beda dengan pilpres kali ini. Namun itulah hal yang terbaik sehingga semua orang taat pada proses pemilu dan taat asas pada aturan. KPU sebagai lembaga penyelenggara yang memutuskan hasil pilpres tentu sesuai fakta dan data objektif sesuai pilihan suara rakyat. Tidak ada yang manipulasi di sana. Quick count menjadi salah satu alat transparansi agar para penyelenggara pemilu tidak melakukan kecurangan atau berusaha memanipulasi suara rakyat. Transparansi dengan metode IT sudah menjadi sesuatu yang urgen dan tak dapat ditolak kekuatan apa pun saat ini.

Terlepas dari berbagai catatan pilpres, namun yang pasti rakyat telah menentukan pilihannya. Berdasarkan rekap real count dari seluruh Indonesia dan tanpa mendahului KPU bahwa Jokowi-JK akan keluar sebagai pemenang dan menjadi pemimpin seluruh rakyat Indonesia baik yang memilih atau belum memilih mereka berdua. Kita telah menjadi satu Indonesia dalam keberagaman. Kita tetap menunggu hasil finalnya besok dan ada yang merasa dirugikan tentu ke MK. Namun apabila semua pihak telah melaksanakan secara jujur dan objektif tentu hasilnya tidak akan jauh berbeda.

Untuk itu, saya hanya mengucapkan proficiat kepada Jokowi-JK dan Jokowi-JK adalah pemimpin kita dari Sabang sampai Merauke, dari Aceh sampai Flores.

Salam demokrasi

Malang, 21 Juli 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline