Lihat ke Halaman Asli

"Ada Apa dengan FS"

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Celotehan dengan kata-kata yang kurang pantas menuai banyak kritikan, cemoohan dan bahkan demonstrasi. Lantaran kurang mampu mengelola pikiran dan perasaan kecewa pada sesuatu peristiwa membuat FS nekad membuat celotehan yang kurang baik di media publik.

Spontan reaksi tidak terima celotehan itu menggeliat. Kita maklumi lantaran pernyataan itu sungguh menggeneralisir suatu daerah hanya lantaran perbuatan satu dua atau bahkan lebih yang FS terima di SPBU.

Tidak semua orang Jogya melakukan hal tersebut kepada FS sehingga tidak selayaknya FS meluapkan kegeramannya pada suatu etnis yang bernama Jogya.

Generalisasi yang begini kadang lazim kita baca atau saksikan di media sosial atau pun pada layar kaca atau pun pada laporan-laporan kepemerintahan atau pun lembaga swasta. Namun sepertinya generalisasi itu lumrah buat kita semua sehingga tidak menanggapi secara serius bahkan bergejolak seperti di Jogya akhir-akhir ini. Jogya pantas marah karena memang terluka dan tersakiti.

Dibalik itu semua, mungkin kita perlu menarik hikmah positif dari peristiwa yang nampaknya sangat kelam bagi sebagian warga Jogya dan terutama juga bagi FS yang sekarang sudah menjadi tersangka dan ditahan di pihak kepolisian. FS harus mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya.

Satu hal yang pasti bahwa budaya saling menghargai dan menghormati secara tulus perlu dibangun kembali pada seluruh anak negeri ini tanpa memandang apa pun latar belakangnya. Budaya saling menghormati dan saling menghargai sepertinya telah kehilangan makna dan esensinya. Kita harus bersama-sama mengatasi dekadensi sikap saling menghormati dan menghargai ini.

Ada asap pasti ada api. Ada akibat pasti ada sebab. Kita tidak mencari siapa yang benar dan siapa yang salah dalam kasus ini. Namun mari kita saling merefleksi bersama agar semua kita merasa nyaman untuk hidup di mana pun di RI ini. Kini terjadi di Jogya, besok bisa saja terjadi di tempat lain. Kita selesaikan semanya  secara bijak dan proporsional. Kita perlu belajar bersabar.

Peristiwa menimpa FS bisa saja menimpa siapa pun juga. Untuk itu, saling memaafkan dan berkomitmen untuk tidak melakukan lagi harus menjadi prioritas dalam penanganan kasus ini agar menjadi pembelajaran menarik bagi generasi mendatang. Tindakan sekonyol itu perlu kita hindari dengan  mawas diri meski kita tahu sebagai manusia kadang kekeliruan dan kesalahan menimpa kita.

Untuk FS-FS yang lain di Indonesia, mari kita petik hikmah positif dari peristiwa FS di Jogya.

Jabat erat persahabatan dan persaudaraan dalam perbedaan atau keberagaman yang indah dan satu.

31 Agustus 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline